Selalu ada kata "kenapa" untuk apa yang tidak kita mengerti. Banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti, dan harus tetap kita ikuti. Tidak semua "kenapa" mendapat jawaban, tidak semua "kenapa" perlu dijawab. Banyak "kenapa" yang memang harus kita jalani tanpa perlu tahu alasannya.
"Kenapa" yang tidak pernah mereka jawab tentu saja menciptakan sebuah rasa kecewa. Tapi tidak semua kecewa itu berakhir buruk, malah terkadang karena "kenapa" yang ingin kita tentang tapi tidak mampu menjadikan kita pemberontak dengan apa yang kita yakini. Kita hanya bisa menyerah dengan "kenapa" yang tak pernah mereka jawab, dan berharap semoga menjadi sebuah hal yang indah.
Pikiranku saat ini sedang berada di pusaran. Aku tidak ingin melawan arusnya, bukan karena aku pengecut atau penakut. Aku hanya ingin mengikuti arusnya. Karena aku tahu, ada hal-hal yang tidak bisa aku lawan. Termasuk juga arus dalam pusaran yang saat ini sedang mengelilingiku.
Aku berpasrah tapi tak ingin menyerah. Aku hanya tidak ingin memperkeruh keadaan yang sudah keruh karena ulah orang lain. Aku hanya ingin menjaga apa yang selama ini telah dipercayai oleh para pendahuluku. Tak pernah ada kata salah untuk sebuah kepercayaan.
Menurutmu apa logika bisa ikut andil dalam sebuah kepercayaan? Buatku, logika tidak dapat hidup disini. Seperti tokoh dalam cerita fiksi. Mereka tidak pernah ada, tapi seolah-olah mereka nyata. Tidak pernah berpikir bagaimana itu bisa terjadi, tapi kita tetap saja mengikuti alur ceritanya. Sebuah hal yang irasional tapi ada hal-hal yang membuat kita memutuskan untuk percaya.
Apapun yang menjadi "sebab" adalah atas izin dari Tuhan.
Yang bersangkutan dengan segala hal tentang kehidupan dan perjalanan, memang telah ditulis. Jika dalam kepercayaanku, namanya Lauhul Mahfudz. Sebuah tulisan Sang Pencipta untuk apapun yang akan aku jalani, hadapi dan yang terjadi dalam kehidupanku. Semua sudah tertulis rapi disana. Tapi itu tidak menjadikan aku dan teman-teman di kepercayaanku menjadi pasrah dan malas. Karena dalam kitab kami dijelaskan ada hal-hal yang dapat berubah sesuai dengan usaha kami.
Tidak tahu ingin apa dan bagaimana, hanya ingin tersenyum saja dan melihat bagaimana jadinya nanti. Tak ada yang bisa dipaksa percaya pada kepercayaan orang lain. Mereka masing-masing menganggap apa yang dipercayainya sebagai sebuah kebenaran. Who knows?
Yang terjadi ya terjadilah. Tuhan memang satu kitalah yang tak sama. Semoga semuanya berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Amiin
Jangan membiarkan pikiran burukmu merampas senyum dari wajahmu, yang mungkin saja pikiranmu itu salah. Mari berbahagia, semoga Tuhan selalu memberikan hal yang baik untuk kita semua. Amiin
Satu lagi, Tuhan yang menciptakan rasa ini lagi-lagi kenapa Tuhan menginginkan rasa ini dibunuh begitu saja?
*Hanya sekelebat pikiran yang gak enak saja.
"Kenapa" yang tidak pernah mereka jawab tentu saja menciptakan sebuah rasa kecewa. Tapi tidak semua kecewa itu berakhir buruk, malah terkadang karena "kenapa" yang ingin kita tentang tapi tidak mampu menjadikan kita pemberontak dengan apa yang kita yakini. Kita hanya bisa menyerah dengan "kenapa" yang tak pernah mereka jawab, dan berharap semoga menjadi sebuah hal yang indah.
Pikiranku saat ini sedang berada di pusaran. Aku tidak ingin melawan arusnya, bukan karena aku pengecut atau penakut. Aku hanya ingin mengikuti arusnya. Karena aku tahu, ada hal-hal yang tidak bisa aku lawan. Termasuk juga arus dalam pusaran yang saat ini sedang mengelilingiku.
Aku berpasrah tapi tak ingin menyerah. Aku hanya tidak ingin memperkeruh keadaan yang sudah keruh karena ulah orang lain. Aku hanya ingin menjaga apa yang selama ini telah dipercayai oleh para pendahuluku. Tak pernah ada kata salah untuk sebuah kepercayaan.
Menurutmu apa logika bisa ikut andil dalam sebuah kepercayaan? Buatku, logika tidak dapat hidup disini. Seperti tokoh dalam cerita fiksi. Mereka tidak pernah ada, tapi seolah-olah mereka nyata. Tidak pernah berpikir bagaimana itu bisa terjadi, tapi kita tetap saja mengikuti alur ceritanya. Sebuah hal yang irasional tapi ada hal-hal yang membuat kita memutuskan untuk percaya.
Apapun yang menjadi "sebab" adalah atas izin dari Tuhan.
Yang bersangkutan dengan segala hal tentang kehidupan dan perjalanan, memang telah ditulis. Jika dalam kepercayaanku, namanya Lauhul Mahfudz. Sebuah tulisan Sang Pencipta untuk apapun yang akan aku jalani, hadapi dan yang terjadi dalam kehidupanku. Semua sudah tertulis rapi disana. Tapi itu tidak menjadikan aku dan teman-teman di kepercayaanku menjadi pasrah dan malas. Karena dalam kitab kami dijelaskan ada hal-hal yang dapat berubah sesuai dengan usaha kami.
Tidak tahu ingin apa dan bagaimana, hanya ingin tersenyum saja dan melihat bagaimana jadinya nanti. Tak ada yang bisa dipaksa percaya pada kepercayaan orang lain. Mereka masing-masing menganggap apa yang dipercayainya sebagai sebuah kebenaran. Who knows?
Yang terjadi ya terjadilah. Tuhan memang satu kitalah yang tak sama. Semoga semuanya berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Amiin
Jangan membiarkan pikiran burukmu merampas senyum dari wajahmu, yang mungkin saja pikiranmu itu salah. Mari berbahagia, semoga Tuhan selalu memberikan hal yang baik untuk kita semua. Amiin
Satu lagi, Tuhan yang menciptakan rasa ini lagi-lagi kenapa Tuhan menginginkan rasa ini dibunuh begitu saja?
*Hanya sekelebat pikiran yang gak enak saja.