Translate

Monday, 16 February 2015

Tuhan itu Satu, Kita yang Tak Sama

Selalu ada kata "kenapa" untuk apa yang tidak kita mengerti. Banyak hal di dunia ini yang tidak kita mengerti, dan harus tetap kita ikuti. Tidak semua "kenapa" mendapat jawaban, tidak semua "kenapa" perlu dijawab. Banyak "kenapa" yang memang harus kita jalani tanpa perlu tahu alasannya.

"Kenapa" yang tidak pernah mereka jawab tentu saja menciptakan sebuah rasa kecewa. Tapi tidak semua kecewa itu berakhir buruk, malah terkadang karena "kenapa" yang ingin kita tentang tapi tidak mampu menjadikan kita pemberontak dengan apa yang kita yakini. Kita hanya bisa menyerah dengan "kenapa" yang tak pernah mereka jawab, dan berharap semoga menjadi sebuah hal yang indah.

Pikiranku saat ini sedang berada di pusaran. Aku tidak ingin melawan arusnya, bukan karena aku pengecut atau penakut. Aku hanya ingin mengikuti arusnya. Karena aku tahu, ada hal-hal yang tidak bisa aku lawan. Termasuk juga arus dalam pusaran yang saat ini sedang mengelilingiku.

Aku berpasrah tapi tak ingin menyerah. Aku hanya tidak ingin memperkeruh keadaan yang sudah keruh karena ulah orang lain. Aku hanya ingin menjaga apa yang selama ini telah dipercayai oleh para pendahuluku. Tak pernah ada kata salah untuk sebuah kepercayaan.

Menurutmu apa logika bisa ikut andil dalam sebuah kepercayaan? Buatku, logika tidak dapat hidup disini. Seperti tokoh dalam cerita fiksi. Mereka tidak pernah ada, tapi seolah-olah mereka nyata. Tidak pernah berpikir bagaimana itu bisa terjadi, tapi kita tetap saja mengikuti alur ceritanya. Sebuah hal yang irasional tapi ada hal-hal yang membuat kita memutuskan untuk percaya.

Apapun yang menjadi "sebab" adalah atas izin dari Tuhan.

Yang bersangkutan dengan segala hal tentang kehidupan dan perjalanan, memang telah ditulis. Jika dalam kepercayaanku, namanya Lauhul Mahfudz. Sebuah tulisan Sang Pencipta untuk apapun yang akan aku jalani, hadapi dan yang terjadi dalam kehidupanku. Semua sudah tertulis rapi disana. Tapi itu tidak menjadikan aku dan teman-teman di kepercayaanku menjadi pasrah dan malas. Karena dalam kitab kami dijelaskan ada hal-hal yang dapat berubah sesuai dengan usaha kami.

Tidak tahu ingin apa dan bagaimana, hanya ingin tersenyum saja dan melihat bagaimana jadinya nanti. Tak ada yang bisa dipaksa percaya pada kepercayaan orang lain. Mereka masing-masing menganggap apa yang dipercayainya sebagai sebuah kebenaran. Who knows?

Yang terjadi ya terjadilah. Tuhan memang satu kitalah yang tak sama. Semoga semuanya berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Amiin

Jangan membiarkan pikiran burukmu merampas senyum dari wajahmu, yang mungkin saja pikiranmu itu salah. Mari berbahagia, semoga Tuhan selalu memberikan hal yang baik untuk kita semua. Amiin

Satu lagi, Tuhan  yang menciptakan rasa ini lagi-lagi kenapa Tuhan menginginkan rasa ini dibunuh begitu saja?


*Hanya sekelebat pikiran yang gak enak saja.

Saturday, 14 February 2015

Setahun lalu

Yeah.. Matahari sudah terlihat tinggi. Syukurlah hari ini lumayan terik, langit pun berwarna biru cerah. Banyak orang bilang 14 Februari adalah Valentine Day /  hari kasih sayang atau apalah itu. Tiap postingan di sosmed mulai dari facebook sampai twitter hingga udah jadi TTI bahkan mungkin TTW kali ya.

14 Februari bagi sebagian orang sangatlah membahagiakan. Entah itu ada yang bilang haram, ada yang bilang sah-sah saja. Tapi buatku tak ada masalah, karena keimanan seseorang tidak dapat di judge gara-gara ikut budaya barat. Kalau itu berdampak positif kenapa tidak? Asal pinter-pinter aja.

Mungkin 14 februari itu sama seperti beberapa tahun lalu menjadi hal yang menarik bagiku. Suka cita, bahagia, dan tentu saja coklat. Yess.. Valday identik dengan coklat dan mawar. Aku lebih suka coklat daripada mawar. Sayang aja kalau mawar, udah mahal gak bisa dimakan. Hahahaa, apalagi layu pada akhirnya. jiaahh.. sayang banget kan?

Setahun lalu tepatnya tanggal 13 Februari 2014 jam 9 malam, Kediri di guncang prahara hebat. Pertama kali aku menyaksikan betapa dahsyatnya kuasa Tuhan. Cuma bisa istighfar sepanjang detik-detik hingga semua terjadi. Yeah.. Setahun lalu Gunung Kelud meletus dengan dahsyatnya.

Kalian pasti tau kejadian itu dari berita-berita di TV. Abunya saja sampai menutupi dan melumpuhkan Bandara Juanda hingga tidak bisa beroperasi. Abunya pun sampai meluncur ke Bandung. Padahal bandung itu jauh banget. Yogyakarta pun juga di singgahi abu letusannya.

Kalau kalian tau, itu letusannya benar-benar dahsyat. Aku menjadi saksi saat mulai keluar abu sampai rumah ditutupi pasir, abu dan batu. Langit saat itu bersih banget, tapi tiba-tiba gelap tertutup kabut. Listrik padam, dan lahar mulai keluar. Dan booooommmmm....

Semua orang berhamburan keluar, sepertinya tidak ada orang yang tidur saat malam itu. Motor dan mobil berhamburan tak tau arah. Hanya bergerak sejauh mungkin dari dekat gunung. Rumahku berada di ring terakhir, sekitar 20 Km dari puncak gunung. Jadi terlihat jelas kejadiannya.

keesokan harinya, desaku seperti desa mati. Hanya tertinggal 4 kepala keluarga yang masih bertahan, dan termasuk keluargaku. Desa sebelah sudah mengungsi sejak sebelum subuh. Yess.. Alhasil bener-bener tidak ada orang yang terlihat. Sekitar jam 5.30 pagi ada sirine dan perintah untuk segera menjauh dari ring 20 Km karena diprediksi akan ada letusan yang lebih hebat lagi. Jarak aman 25 - 30Km dari puncak. Paniklah kami.

Akhirnya aku dan keluarga meluncur ke rumah saudara yang ada di desa sebelah, dan ternyata mereka semua juga sudah bersiap untuk mengungsi. Ya udah meluncur lagi ke pengungsiaan, di pengungsian juga terjadi kepanikan yang sama. Karena kasihan ngeliat kakek sama nenekku yang udah tua, kami memutuskan untuk pulang.

Masih bareng-bareng 4 kepala keluarga tadi. Dan letusan susulan ternyata tidak ada, syukurlah.. H+2 setelah letusan hujan lebat, dan sepanjang bantaran sunga Harinjing disuruh mengungsi di khawatirkan waduk meluap dan ada kiriman air dari gunung, dan rumahku cuma jarak 3 meter dari sungai yeah..panik lagi.











ini setelah hujan, dan banjir bandang. Sungainya jadi melebar. Jembatang penghubung Kediri Malang terputus. Pengen mendekat tapi saat itu langit kembali gelap, masih takut dan sedikit trauma.



Seperti masih kemarin, tapi syukurlah semua sudah berlalu. Ada banyak hal yang terjadi, tapi kami tidak sendiri. Terima kasih untuk semua orang yang telah membantu warga Kediri, semoga Tuhan selalu melindungi kalian dimana pun kalian berada. Semoga kebahagiaan selalu terlimpah untuk kalian semua. Amiin..

Tahun telah berganti tapi jejak luka masih tersisa..