Kamu bertanya, aku menjawab sebenarnya. Lalu aku harus bagaimana?
Sebuah ikatan dibangun dengan pondasi kepercayaan dan kesetiaan. Jika kita tidak memiliki kepercayaan pada satu sama lainnya, jangankan jauh meskipun dekat, kita tidak akan pernah sejalan. Bagaimana saat kita jauh? Yang kamu miliki hanya kepercayaan, dan yang ku miliki hanya kesetiaan.
Jika kejujuranku adalah salah, maka kebohonganku harus diganjar dengan apa? Tidak pernah ada kebohongan demi kebaikan. Bohong tetaplah bohong dan tidak pernah dibenarkan dalam hal apapun. Apa kamu mau menerima kebohonganku hanya untuk menyenangkan dan menenangkanmu? Satu kebohongan, akan terus melahirkan kebohongan-kebohongan yang lain.
"Seseorang yang tidak suka dengan suatu ikatan mempunyai hak penuh untuk menjadikan siapapun spesial tanpa terkecuali"
Apa yang harus aku jelaskan telah aku katakan. Apa yang ingin kamu tahu telah aku ceritakan. Apa yang membuatmu ragu sudah aku terangkan. Selanjutnya keputusanmu, percaya pada pemikiranmu atau percaya pada apa yang telah kamu ketahui dariku.
Aku tidak menyukai suatu ikatan, karena aku hanya setia pada SATU ikatan.
Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kita nanti, aku tidak mengerti dari mana ini berawal, aku juga tidak paham maunya hati. Namun dapat aku pastikan, jika kamu adalah satu. Satu alasanku menemukan senyum di sela hari sombongku. Kamu yang selalu ku nanti setiap jam 4.28 untuk berucap selamat pagi. Kamu yang aku tunggu pada 06.30 untuk mengucapkan semangat, 06.43 kita saling mendukung. Kamu yang pada saat 12.30 membuatku tersenyum meski sekedar mengingatkanku makan. Aku yang pada 14.30 mulai menunggumu pulang. 15.30 aku menanti kabarmu saat telah sampai rumah. Dan setelah itu, dengan sabar kita bergelut dengan sinyal yang pernah membuatku salah paham. Dan saat malam pekat, kita mengucapkan selamat malam. Indah bukan? Bukan. Karena keindahan itu ternyata hanya terlihat dari sudutku.
Beberapa hari lalu, ada sebuah kalimat darimu yang membuatku merasakan nyeri. Aku selalu berkata "Kamu tidak berhak atasnya".
Tapi kemarin, kamu kembali memberikan sebuah harap untuk membuatku kembali berjuang untuk menemukanmu. "Dia mau padaku, tapi aku tidak mau. Karena aku masih menunggu seseorang untuk datang menemuiku, walaupun yang aku nanti tidak pasti. Tapi aku akan menunggunya."
Bahagia?
Sangat. Ada kelegaan yang tiada tandingannya. Paru-paruku kembali bekerja dengan semestinya, tanpa ada sesak dan nyeri. Kamu adalah obat anti nyeri dan penghilang rasa sakit.
Apakah kamu tau, jika kamu adalah yang pertama dan satu-satunya orang yang mampu memikat dan mengikat sebelum mata kita bertatap, sebelum raga kita dekat?
Apakah kamu tau?
Berharap kamu tau, jika aku menyayangimu tanpa alasan.