Translate

Wednesday, 2 October 2019

Kesalahan

Halo Oktober.

Rasanya waktu sudah semakin dekat dengan pergantian tahun. Apa yang sudah aku lakukan hingga saat ini?

Mungkin ini adalah bagian dari yang paling kusesali, sedikit bergeser dari seseorang yang tidak ingin kujauhi meski hanya sebentar. Namun tidak, kehadiranku hanya akan memberatkan, dengan begini akan ada ruang untuk orang baru yang lebih bisa dibanggakan dan diharapkan olehnya.

Aku mengerti, jika ini akan menjadi kesalahan yang paling fatal. Tapi ini adalah pilihan terbaik baginya yang bisa kulakukan. Kalian percaya akan kekuatan sebuah do'a kan? Aku pun sama seperti itu. Semoga do'aku senantiasa memeluk dan menjaganya meski lewat hal-hal yang tidak disangkanya.

Aku tidak pergi, tidak akan benar-benar lenyap. Jika nanti kamu ingat, ada hati yang kamu tinggalkan. Pulanglah! Aku masih tetap di tempat ini tak beranjak sedikit pun, menunggumu pulang.

Friday, 5 July 2019

KAMU

Dear Kamu,

Aku tidak tahu harus berbuat apa selain selalu ada agar kamu tidak pernah merasakan sebuah rasa yang bernama kesepian. Iya. Aku tidak ingin kamu tahu tentang sepi lagi.

Andai bisa, aku ingin menemani sampai nanti. Sampai kita tidak bisa menghitung banyaknya waktu. Andai bisa terus berada di sisimu. Mungkin aku tidak lagi merasa khawatir tentang segala yang akan terjadi nanti. Selama kita saling memiliki, kita tidak akan pernah mengenal takut selain rindu.

Andai kamu tahu, jika perandaian ini membuatku semakin tenggelam dalam rasa takut. Takut kehilanganmu. Takut jika nanti aku harus jauh darimu. Takut jika nanti kamu berubah menjadi orang asing. Aku takut, sungguh sangat takut jika hari itu tiba. Kemudian kita saling meninggalkan. T_T

Bolehkah kita mengulang dari awal ketika pertama kali kita berkenalan? Agar waktu bisa berjalan lebih lambat. Kalau bisa, hentikan waktu. Berhenti di waktu ini. Tetap seperti saat ini.

Wednesday, 22 May 2019

Pergi

Hari ini masih sama seperti kemarin, aku baik-baik saja di hadapanmu. Aku tertawa mendengar ceritamu, mendengar manjamu, bersimpati saat mendengar keluhmu. Aku juga melihat matamu begitu berbinar saat menceritakan tentangnya. Iya, tentang dia.

Dulu.. Kita menghabiskan banyak waktu untuk saling mengabarkan dan sekarang kita saling sibuk untuk melupakan. Ternyata perjalanan waktu begitu lucu. Dulu kita pernah sehangat nafas, kemudian berubah menjadi sedingin laut lepas. Huh... Menghela nafas panjang pun rasanya percuma, tetap sesak.

Seharusnya dari dulu aku tau, jika semua yang kamu lakukan selama ini adalah penolakan yang tak pernah menggunakan kata tidak. Haha.. Aku bodoh, tidak bisa menerjemahkan dengan baik tentang pertanda yang senantiasa kamu berikan. Hahaa... Maaf, aku bodoh.

Aku pergi. Aku ingin pergi. Aku harus pergi.

Berkali-kali kupaksakan diriku dengan kalimat-kalimat itu. Beberapa saat lalu, langkahku begitu pasti, kokoh dan yakin. Senyummu, suaramu, matamu hanya tiga dari banyak alasan kenapa aku selalu berubah pikiran dan kembali bertahan. Sekali lagi, meninggalkanmu hanya menjadi rencana yang selalu kugagalkan sendiri.

Jika suatu hari nanti aku berhasil melangkahkan kakiku menjauh pergi, percayalah, kepergianku bukan karena untuk dicari. Aku memilih pergi karena tahu diri, jika keberadaanku tak lagi memiliki arti.

Tenanglah, aku akan sesekali menengok ke belakang. Melambaikan tangan untuk memastikan kamu akan melihatku saat sedang mencari, atau justru untuk memastikan tempatku sudah benar-benar kamu ganti.

Yha. :)