Hari ini masih sama seperti kemarin, aku baik-baik saja di hadapanmu. Aku tertawa mendengar ceritamu, mendengar manjamu, bersimpati saat mendengar keluhmu. Aku juga melihat matamu begitu berbinar saat menceritakan tentangnya. Iya, tentang dia.
Dulu.. Kita menghabiskan banyak waktu untuk saling mengabarkan dan sekarang kita saling sibuk untuk melupakan. Ternyata perjalanan waktu begitu lucu. Dulu kita pernah sehangat nafas, kemudian berubah menjadi sedingin laut lepas. Huh... Menghela nafas panjang pun rasanya percuma, tetap sesak.
Seharusnya dari dulu aku tau, jika semua yang kamu lakukan selama ini adalah penolakan yang tak pernah menggunakan kata tidak. Haha.. Aku bodoh, tidak bisa menerjemahkan dengan baik tentang pertanda yang senantiasa kamu berikan. Hahaa... Maaf, aku bodoh.
Aku pergi. Aku ingin pergi. Aku harus pergi.
Berkali-kali kupaksakan diriku dengan kalimat-kalimat itu. Beberapa saat lalu, langkahku begitu pasti, kokoh dan yakin. Senyummu, suaramu, matamu hanya tiga dari banyak alasan kenapa aku selalu berubah pikiran dan kembali bertahan. Sekali lagi, meninggalkanmu hanya menjadi rencana yang selalu kugagalkan sendiri.
Jika suatu hari nanti aku berhasil melangkahkan kakiku menjauh pergi, percayalah, kepergianku bukan karena untuk dicari. Aku memilih pergi karena tahu diri, jika keberadaanku tak lagi memiliki arti.
Tenanglah, aku akan sesekali menengok ke belakang. Melambaikan tangan untuk memastikan kamu akan melihatku saat sedang mencari, atau justru untuk memastikan tempatku sudah benar-benar kamu ganti.
Yha. :)