Senja
di sore hari nampak indah, namun saat matahari mulai terbitlah saat
yang paling indah dalam hidup Bejo. Dia terlahir dari keluarga yang
biasa, tidak ada yang spesial darinya. wajah pas-pasan, harta pun juga
pas-pasan (alhamdulillah, pas butuh pas ada. hehehehe)
Singkat cerita.. Saat bejo mulai berfikir, bagaimana caranya agar dia bisa membuat ibunya bangga sekaligus meringankan beban ibunya. ide pun muncul untuk membuka sebuah usaha bisnis. Masalah pun mulai muncul mulai dari keterbatasan modal hingga lokasi pendirian usaha. Namun Bejo sangat beruntung, di beri lahan yang cukup untuk mendirikan sebuah kios kecil oleh kakeknya, letaknya pun cukup strategis di kawasan pasar dan berada di dekat sekolah.
Suasana sebelum Bejo mulai membangun kios tersebut. Ucapan kakek Bejo yang masih teringat dalam ingatan Bejo dengan baik..
Saat itu siang yang terik, seperti biasa Bejo tidur siang di kamarnya. Sekitar pukul 14.00 WIB, Hp Bejo berdering di lihatnya ada panggilan dari Bulek Yah. Dengan mata yang masih sulit di buka, Bejo pun mengangkat panggilan itu.
" Halo.." kata Bejo
" Eh, Jo kamu segera kerumah Nenek ya. Semuanya udah nunggu."
" Iya bulek.."
panggilannya pun di akhiri, Bejo lalu bangun dan bersiap berangkat ke rumah nenek. Sesampainya di rumah nenek, Bejo di suruh duduk. Disana terlihat ada saudara-saudari dari bapak bejo.
" Jo, kamu tau kenapa kamu di panggil kesini? Kata kakek Bejo mengawali pembicaraan.
" Tidak tahu kek, memang ada apa? kok pak Lek dan Bulek berkumpul?" tanya Bejo
" Katanya kamu pengen membuka usaha?" tanya kakek Bejo.
" Iya kek.. Lalu?" Tanya Bejo bingung.
" Katanya masih mencari lokasi buat kios."
" Iya kek.." Jawab Bejo masih bingung.
" Jo, kamu bangun saja kios di depan situ." kata kakek Bejo sambil menunjuk ke arah sepetak tanah kosong di depan rumah.
" Iya kek, apa tidak apa-apa?" Tanyaku.
" Ya, tidak apa to. Wong itu tanahnya kakek." Jawab kakek Bejo.
" Baiklah kalau begitu.." Dengan wajah yang masih tidak mengerti.
" Tenang, semua pak lek dan bulekmu sudah setuju semua. Walau pak lekmu yang satu tidak datang, dia pasti setuju dengan keputusan kakek." penjelasan kakeknya.
" Apa benar kek?" tanya Bejo lagi.
" Tentu.. Tenang saja."
Bejo pun pulang setelah mengobrol cukup lama. Saat sampai dirumah, Bejo segera menceritakan semua yang dia bicarakn dengan kakeknya kepada ibunya. Terlihat ibu Bejo begitu bersemangat mendengar kabar tersebut.
Kemudian Bejo meminta izin ibunya untuk memulai membangun kios untuk calon usahanya. Ibunya pun terlihat begitu senang dengan ide Bejo, dan bersedia membantu dana hingga bisnis baru Bejo berjalan. Perlahan tapi pasti, kios kecil Bejo telah selesai di bangun, pemasangan instalasi listrik pun sudah selesai. Barang-barang yang di butuhkan juga sudah tertata dengan rapi.
Bejo benar-benar membangun usahanya dari NOL. Belajar-belajar dan belajar, itulah yang ada di benaknya. Berhemat sehemat mungkin, namun tetap saja dia tertipu dengan kebaikan orang yang katanya mau membantunya. Namun Bejo tetap bersemangat, karena dia tahu bahwa Allah akan membantu orang-orang yang ikhlas. Masalah demi masalah di awal perjalanan bisnisnya pun berjajar rapi datang menghampirinya. Tapi seiring berjalannya waktu Bejo pun sedikit demi sedikit bisa mengatasinya.
Namun ternyata ada duri dalam daging. Bejo merasakan ada yang tidak beres dalam sikap salah satu pamannya. Sekali dua kali Bejo menganggap ini mungkin tidak sengaja, namun setiap ada acara kumpul keluarga, sekalipun Bejo seperti tak dianggap ada. "Ah, mungkin pak lek sedang asyik dengan adek-adek sepupu yang lagi maen." Bejo tidak berfikir, apa arti sikap pamannya. Namun suatu ketika, Bejo benar-benar tersadar dengan sikap pamannya.
Ketika ada acara ngumpul keluarga karena ada seorang sepupuku Lamaran, padahal semua adek-adek bersalaman dan mencium tangan semua keluarga yang lebih tua. Saat aku ingin bersalaman dengan pamanku yang satu itu, dia langsung berdiri dan bicara "Tanganku masih kotor." sambil beranjak meninggalkan meja makan. dalam hatiku, " Ah, mungkin memang tangan pak lek masih kotor karena baru saja makan." Lalu saat kami berada di dalam mobil pun, dia masih diam saja. Atau sesekali bercanda dengan sodara yang duduk dibelakang kursiku, padahal aku dan pamanku duduk bersebelahan. Tapi tak sedikit pun ada kata untukku.
Sesampainya di rumah bulekku, kami makan bersama. Pamanku tetap saja tak menganggapku, Saat di ruang keluarga pun juga begitu, dia bisa bergurau dengan sodara-sodara seumuranku tapi kenapa tidak bicara sepatah kata pun kepadaku?. Aku mulai merasa ada yang tak beres terhadap sikapnya.
Saat Bejo pulang kerumahnya, langsung dia ceritakan apa yang dia lakukan dan apa yang dia rasakan terhadap perubahan sikap pamannya. Dan ibu Bejo berpendapat, mungkin saja itu di karenakan paman bejo tidak setuju dengan pembangunan kios itu. "Tapi kenapa tidak bicara waktu berkumpul di rumah kakek dulu?" ucap batin Bejo. Berbagai pertanyaan Bejo muncul, marah sudah pasti ada dalam hati bejo.
Dalam diam bejo termenung...... Andai saja bisa berucap ini kepada pamannya....
"hemm... tak hentinya ku hela nafas panjangku. semakin aku berfikir karena tak mengerti, semakin aku tak paham dengan sikap anda Paman. Memang anda lebih tua daripada saya, tapi coba anda ingat sejenak, anda adalah seorang Bapak dari seorang anak. Dan anak anda butuh dukungan anda, butuh anggota keluarga dari anda.
Apakah anda pernah berfikir, Bagaimana jika anda mati dalam usia anak anda mulai membutuhkan dukungan dari anda untuk mulai menjalani hidup? tentu anda tidak akan pernah melakukan hal-hal buruk yang mungkin akan menyakiti saya. Paman, saya juga seorang anak sama seperti anak Paman, tapi kenapa Paman menganggap saya musuh? Paman adalah paman saya, adik dari Bapak saya, darah yang mengalir dalam tubuh anda dan anak anda kurang lebih sama dengan darah yang mengalir dalam tubuh saya. Seharusnya anda bisa melindungi saya dari hal-hal yang buruk atau bahkan dari orang yang ingin menyakiti saya, atau paling tidak anda bisa bersikap sebagai seorang paman.
Coba ingat lagi, saya tidak merebut hak anda, saya juga tidak merebut hak anak anda. Lalu kenapa anda seperti ini? Jika anda berfikir tentang hak, saya juga berhak. Karena hak saya sama dengan hak anak anda. Andai Paman tau, jika saat ini aku sangat terluka dengan kelakuanmu dengan semua sikap dinginmu terhadapku. Andai bapakku yang bersikap seperti itu kepada anakmu, apakah kau tak akan marah? Mungkin kau akan sangat marah saat mendengar cerita-cerita tentang sikap bapakku kepada anakmu.
Namun, bapakku tak lagi bisa marah kepadamu saat kau bersikap buruk kepadaku. Paman tau kan, jika bapakku sudah mati. Lalu bagaimana orang mati bisa marah denganmu? Semoga saja Paman tidak mati disaat anakmu masih membutuhkanmu."
Bejo pun berhenti untuk tetap memikirkan alasan pamannya bersikap demikian, Bejo tak peduli apa yang dilakukan pamannya nanti. Sakit mungkin akan selalu terasa sakit, namun Bejo tetap berdiri tegar tak mempedulikan apa yang ada di benak pamannya. Selalu bersikap bahwa semua baik-baik saja, selalu bersikap seolah Bejo tidak menyadari sikap pamannya. Hingga kini, Bejo masih melakukannya.. Bersikap tidak tahu dan tidak peduli serta selalu berkata dalam hati, " tak bisa ku pungkiri jika dia adalah pamanku. Seorang bapak yang tega menyakiti hati seorang anak."
* Bejo = Beruntung
Semoga Allah SWT selalu memberi keberuntungan dan keberkahan untuk semuanya. amin..
SAMPAI BERTEMU DI KEADAAN YANG LEBIH BAIK DARI SEKEDAR INI..!!! ^_^
Singkat cerita.. Saat bejo mulai berfikir, bagaimana caranya agar dia bisa membuat ibunya bangga sekaligus meringankan beban ibunya. ide pun muncul untuk membuka sebuah usaha bisnis. Masalah pun mulai muncul mulai dari keterbatasan modal hingga lokasi pendirian usaha. Namun Bejo sangat beruntung, di beri lahan yang cukup untuk mendirikan sebuah kios kecil oleh kakeknya, letaknya pun cukup strategis di kawasan pasar dan berada di dekat sekolah.
Suasana sebelum Bejo mulai membangun kios tersebut. Ucapan kakek Bejo yang masih teringat dalam ingatan Bejo dengan baik..
Saat itu siang yang terik, seperti biasa Bejo tidur siang di kamarnya. Sekitar pukul 14.00 WIB, Hp Bejo berdering di lihatnya ada panggilan dari Bulek Yah. Dengan mata yang masih sulit di buka, Bejo pun mengangkat panggilan itu.
" Halo.." kata Bejo
" Eh, Jo kamu segera kerumah Nenek ya. Semuanya udah nunggu."
" Iya bulek.."
panggilannya pun di akhiri, Bejo lalu bangun dan bersiap berangkat ke rumah nenek. Sesampainya di rumah nenek, Bejo di suruh duduk. Disana terlihat ada saudara-saudari dari bapak bejo.
" Jo, kamu tau kenapa kamu di panggil kesini? Kata kakek Bejo mengawali pembicaraan.
" Tidak tahu kek, memang ada apa? kok pak Lek dan Bulek berkumpul?" tanya Bejo
" Katanya kamu pengen membuka usaha?" tanya kakek Bejo.
" Iya kek.. Lalu?" Tanya Bejo bingung.
" Katanya masih mencari lokasi buat kios."
" Iya kek.." Jawab Bejo masih bingung.
" Jo, kamu bangun saja kios di depan situ." kata kakek Bejo sambil menunjuk ke arah sepetak tanah kosong di depan rumah.
" Iya kek, apa tidak apa-apa?" Tanyaku.
" Ya, tidak apa to. Wong itu tanahnya kakek." Jawab kakek Bejo.
" Baiklah kalau begitu.." Dengan wajah yang masih tidak mengerti.
" Tenang, semua pak lek dan bulekmu sudah setuju semua. Walau pak lekmu yang satu tidak datang, dia pasti setuju dengan keputusan kakek." penjelasan kakeknya.
" Apa benar kek?" tanya Bejo lagi.
" Tentu.. Tenang saja."
Bejo pun pulang setelah mengobrol cukup lama. Saat sampai dirumah, Bejo segera menceritakan semua yang dia bicarakn dengan kakeknya kepada ibunya. Terlihat ibu Bejo begitu bersemangat mendengar kabar tersebut.
Kemudian Bejo meminta izin ibunya untuk memulai membangun kios untuk calon usahanya. Ibunya pun terlihat begitu senang dengan ide Bejo, dan bersedia membantu dana hingga bisnis baru Bejo berjalan. Perlahan tapi pasti, kios kecil Bejo telah selesai di bangun, pemasangan instalasi listrik pun sudah selesai. Barang-barang yang di butuhkan juga sudah tertata dengan rapi.
Bejo benar-benar membangun usahanya dari NOL. Belajar-belajar dan belajar, itulah yang ada di benaknya. Berhemat sehemat mungkin, namun tetap saja dia tertipu dengan kebaikan orang yang katanya mau membantunya. Namun Bejo tetap bersemangat, karena dia tahu bahwa Allah akan membantu orang-orang yang ikhlas. Masalah demi masalah di awal perjalanan bisnisnya pun berjajar rapi datang menghampirinya. Tapi seiring berjalannya waktu Bejo pun sedikit demi sedikit bisa mengatasinya.
Namun ternyata ada duri dalam daging. Bejo merasakan ada yang tidak beres dalam sikap salah satu pamannya. Sekali dua kali Bejo menganggap ini mungkin tidak sengaja, namun setiap ada acara kumpul keluarga, sekalipun Bejo seperti tak dianggap ada. "Ah, mungkin pak lek sedang asyik dengan adek-adek sepupu yang lagi maen." Bejo tidak berfikir, apa arti sikap pamannya. Namun suatu ketika, Bejo benar-benar tersadar dengan sikap pamannya.
Ketika ada acara ngumpul keluarga karena ada seorang sepupuku Lamaran, padahal semua adek-adek bersalaman dan mencium tangan semua keluarga yang lebih tua. Saat aku ingin bersalaman dengan pamanku yang satu itu, dia langsung berdiri dan bicara "Tanganku masih kotor." sambil beranjak meninggalkan meja makan. dalam hatiku, " Ah, mungkin memang tangan pak lek masih kotor karena baru saja makan." Lalu saat kami berada di dalam mobil pun, dia masih diam saja. Atau sesekali bercanda dengan sodara yang duduk dibelakang kursiku, padahal aku dan pamanku duduk bersebelahan. Tapi tak sedikit pun ada kata untukku.
Sesampainya di rumah bulekku, kami makan bersama. Pamanku tetap saja tak menganggapku, Saat di ruang keluarga pun juga begitu, dia bisa bergurau dengan sodara-sodara seumuranku tapi kenapa tidak bicara sepatah kata pun kepadaku?. Aku mulai merasa ada yang tak beres terhadap sikapnya.
Saat Bejo pulang kerumahnya, langsung dia ceritakan apa yang dia lakukan dan apa yang dia rasakan terhadap perubahan sikap pamannya. Dan ibu Bejo berpendapat, mungkin saja itu di karenakan paman bejo tidak setuju dengan pembangunan kios itu. "Tapi kenapa tidak bicara waktu berkumpul di rumah kakek dulu?" ucap batin Bejo. Berbagai pertanyaan Bejo muncul, marah sudah pasti ada dalam hati bejo.
Dalam diam bejo termenung...... Andai saja bisa berucap ini kepada pamannya....
"hemm... tak hentinya ku hela nafas panjangku. semakin aku berfikir karena tak mengerti, semakin aku tak paham dengan sikap anda Paman. Memang anda lebih tua daripada saya, tapi coba anda ingat sejenak, anda adalah seorang Bapak dari seorang anak. Dan anak anda butuh dukungan anda, butuh anggota keluarga dari anda.
Apakah anda pernah berfikir, Bagaimana jika anda mati dalam usia anak anda mulai membutuhkan dukungan dari anda untuk mulai menjalani hidup? tentu anda tidak akan pernah melakukan hal-hal buruk yang mungkin akan menyakiti saya. Paman, saya juga seorang anak sama seperti anak Paman, tapi kenapa Paman menganggap saya musuh? Paman adalah paman saya, adik dari Bapak saya, darah yang mengalir dalam tubuh anda dan anak anda kurang lebih sama dengan darah yang mengalir dalam tubuh saya. Seharusnya anda bisa melindungi saya dari hal-hal yang buruk atau bahkan dari orang yang ingin menyakiti saya, atau paling tidak anda bisa bersikap sebagai seorang paman.
Coba ingat lagi, saya tidak merebut hak anda, saya juga tidak merebut hak anak anda. Lalu kenapa anda seperti ini? Jika anda berfikir tentang hak, saya juga berhak. Karena hak saya sama dengan hak anak anda. Andai Paman tau, jika saat ini aku sangat terluka dengan kelakuanmu dengan semua sikap dinginmu terhadapku. Andai bapakku yang bersikap seperti itu kepada anakmu, apakah kau tak akan marah? Mungkin kau akan sangat marah saat mendengar cerita-cerita tentang sikap bapakku kepada anakmu.
Namun, bapakku tak lagi bisa marah kepadamu saat kau bersikap buruk kepadaku. Paman tau kan, jika bapakku sudah mati. Lalu bagaimana orang mati bisa marah denganmu? Semoga saja Paman tidak mati disaat anakmu masih membutuhkanmu."
Bejo pun berhenti untuk tetap memikirkan alasan pamannya bersikap demikian, Bejo tak peduli apa yang dilakukan pamannya nanti. Sakit mungkin akan selalu terasa sakit, namun Bejo tetap berdiri tegar tak mempedulikan apa yang ada di benak pamannya. Selalu bersikap bahwa semua baik-baik saja, selalu bersikap seolah Bejo tidak menyadari sikap pamannya. Hingga kini, Bejo masih melakukannya.. Bersikap tidak tahu dan tidak peduli serta selalu berkata dalam hati, " tak bisa ku pungkiri jika dia adalah pamanku. Seorang bapak yang tega menyakiti hati seorang anak."
* Bejo = Beruntung
Semoga Allah SWT selalu memberi keberuntungan dan keberkahan untuk semuanya. amin..
SAMPAI BERTEMU DI KEADAAN YANG LEBIH BAIK DARI SEKEDAR INI..!!! ^_^
No comments:
Post a Comment