Aku duduk di pojok ruangan bersamanya sembari memandangi hujan yang seperti tak ada habisnya.
" Hujan itu keren ya?"
" Semua hal juga kamu bilang keren." Jawabnya.
" Memang benar-benar keren kok, karena hujan sudah menahanmu disini."
" Ah gombal.. Inget tuh sama orang yang selalu menjadi inspirasimu sedang menunggumu."
" Yang mana?"
" Berarti banyak?"
" Iya."
" Dasar kamu.." Raut wajahnya terlihat gregetan mendengar jawabanku.
" Inspirasinya banyak tapi aku menulisnya dengan hati dan rasa yang sama." Jawabku sambil tertawa.
Dia hanya tersenyum.
" Hujan itu keren ya?"
" Semua hal juga kamu bilang keren." Jawabnya.
" Memang benar-benar keren kok, karena hujan sudah menahanmu disini."
" Ah gombal.. Inget tuh sama orang yang selalu menjadi inspirasimu sedang menunggumu."
" Yang mana?"
" Berarti banyak?"
" Iya."
" Dasar kamu.." Raut wajahnya terlihat gregetan mendengar jawabanku.
" Inspirasinya banyak tapi aku menulisnya dengan hati dan rasa yang sama." Jawabku sambil tertawa.
Dia hanya tersenyum.
Entah apa arti dari senyumannya itu. Entah mengerti atau tidak mengerti sama sekali dengan perkataanku tadi, karena aku tahu jika dia tidak akan berpikir panjang dengan kata yang aku ucapkan saat sambil tertawa. Hujan yang sedari tadi siang mengguyur belum juga reda. Ku lihat dia sedang melihat ke arah luar dengan wajah cemas. Tentu saja, karena seharusnya dia pulang sebelum ashar. Tapi karena hujan dia tertahan disini. Tak ada makanan kecil, hanya ada sebotol air mineral yang ku beli tadi pagi di toko depan.
Seharusnya ada kopi disini, seperti di film-film romantis. Melihat hujan sambil menikmati secangkir kopi hangat.Seharusnya aku tadi bawa jaket pasti akan lebih romantis kalau ku berikan jaketku untuk menghangatkan tubuhnya yang dingin. Ah bodoh, apa yang seharusnya aku lakukan?
Aku melihat kearahnya lalu tersenyum.
" Kenapa senyum-senyum?"
" Kamu ternyata cantik ya walau galak."
" Kamu tuh yang sellu bikin darahku naik."
" Oh ya? Padahal dirimu itu yang membawa semangatku kembali."
" Apa nggak ada gombalan yang lebih keren?"
" Nggak ada, gombalan terkerenku itu kamu."
" Juna.." Sambil mendaratkan cubitan-cubitan kecil di perutku.
Sakit sih tapi bahagia. Itulah dia, selalu saja bisa mengembalikan senyumku yang terkadang hilang terlibas cemas. Bersamanya semua hal biasa menjadi spesial dan seru. Dia mungkin bukan satu-satunya inspirasiku, tapi setiap cerita yang ku buat semuanya ku tulis dengan hati yang sama.
No comments:
Post a Comment