Heloo... Hari ini aku masih bisa menikmati langit siang musim panas di tempat yang sama seperti tahun-tahun yang lalu. Sebelum aku sampai ditempat ini, ada hal yang membuatku nyaman. Studio. Rasanya selalu bahagia saat aku melihat tulisan "studio". Eh, tapi bukan studio foto. Lebih tepatnya tempat itu adalah sebuah studio musik.
Sekarang aku mengingat kembali apa yang telah aku lupakan. Ya, karena seorang teman dengan suara keren mengirimkan sebuah voice note. Hanya ada rekaman suaranya bernyanyi tanpa sebuah iringan musik. Andai kamu masih di dekatku, andai kita masih bisa berkomunikasi, andai kamu tidak pergi, andai kamu bersama yang lain, mungkin saat ini aku bisa membantu temanku. Tentu saja dengan bantuanmu.
Berawal dari tongkrongan pinggir jalan di sebuah warung kopi kecil yang hanya buka pada malam hari, lalu berubah saat kita mulai mengenal satu sama lain. Rasanya begitu saat pertama kali kamu mengajakku ke tempat yang penuh dengan alat musik, masih ku ingat dengan jelas "Istana Musik". Bahagia? Tentu saja. Aku sangat bahagia. Aku sibuk melihat-lihat semua peralatan musik yang 'harganya' amazing banget jika buatku. Ya, itu kali pertamanya ada yang dengan sukarela mengajakku ke tempat yang luar biasa itu.
Apa kau masih ingat dengan gitar yang kau berikan untukku?
Dia masih berada di sudut ruangan markasku. Kau tau, aku begitu membencimu sehingga aku tidak menyentuhnya untuk waktu yang lumayan lama. Dia masih terbungkus rapi lengkap dengan tasnya. Tapi temanku kemarin membuatku kembali menyentuhnya. Iya, aku kembali menyentuhnya dan ingin memainkannya. Tentu saja sudah tidak stel lagi, dengan sebisaku ku coba menstem ulang. Jika kau tau, pasti tidak akan membiarkanku melakukan itu. Karena kamu tau jika aku tidak bisa, tapi kemarin entah kenapa aku menemukan stelan yang (lumayan) bila di dengarkan.
Tiap dentingnya seperti mengingatkanku padamu. Saat itu kita janjian untuk main bareng seperti biasanya, jalan-jalan dan makan-makan. Akhirnya kita mampir dirumah temanmu, katamu mau ngambil sesuatu. Ternyata kamu mengambil tas gitar ya tentu saja berisi dengan gitarnya. Dengan gaya sok cool dan senyum kerenmu, kamu menyerahkannya padaku. Bingung, tentu saja aku bingung. Gitar? Tak pernah terpikir olehku untuk memilikinya.
Sore hari, aku harus segera pulang kalau tidak ingin ketinggalan angkot yang menuju ke kosku. Sepanjang perjalanan kamu selalu tertawa saat melihatku. Emang kamu bodoh banget waktu itu. Sampai akhirnya kamu sampai di tujuanmu dan aku masih harus melanjutkan perjalananku. Aku masih bisa melihatmu yang tidak juga pergi dari pinggir jalan.
Pesanmu yang sampai saat ini masih aku ingat:
"Hati-hati ya, lucu liat anak kecil bawa gitar. tapi kamu jadi keliatan keren. Oh iya, tadi cuma bayar karcis satu setengah."
Yess, bawa gitar bikin kerenku nambah. Saat itu aku benar-benar bahagia. Ulang tahunku sudah lewat tapi dia malah memberiku hadiah. Katanya, gitar itu bukan hadiah ulang tahunku tapi ulang tahunnya. Aku yang masih terlalu muda dan otakku yang masih berpikir seperti anak-anak. Tapi dengan telatennya kau mendampingiku.
Aku masih ingat dengan baik saat dimana aku benar-benar hancur, keadaanku sangat buruk, sampai aku tidak mengenali lagi siapa diriku. Tapi dirimu yang saat itu lemah pun sok kuat mengangkatku, menjagaku disaat aku berada di puncak emosiku, selalu tersenyum. Kau tahu dengan baik jika kepalaku sekeras baja, egoku besar dan tak ada yang bisa mengendalikan. Aku yang selalu angkuh dan kokoh selalu bisa menangis dalam pelukmu.
Jika aku mulai sok bergaya ala preman dirimu selalu bilang "Preman apaan? Aku peluk bentar juga pasti lemah. Jangan sok deh". Hahaaa, iya benar.. Dirimu itu emang luar biasa tapi cuma sampai saat itu.
Buatku setiap semua yang keluar dari bibirmu adalah kebenaran dan kebaikan. Dirimu seperti contoh orang yang ingin ku ikuti. Tapi setelah aku tahu jika kamu tak lebih baik buah jambu saat musim hujan yang sudah digigit oleh lalat buah. Terlihat segar diluar tapi busuk didalam. Ya, aku marah besar, aku kecewa melihatmu yang seperti itu. Sejak saat itu, aku benci semua tentangmu. Sejak saat itu pula, gitar yang kau berikan hanya terdiam di sudut ruangan. Tak ada lagi denting yang memecah bisunya kamarku. Tak ada lagi pertemuan antara kita.
Dan hari ini aku merindukanmu.. Happy Birthday kakak senja, gitar itu sudah kembali berbunyi. Aku tau, sebesar apapun kecewa dan benciku, kau masih jadi yang terbaik untukku. Sehat selalu ya, jangan lupa untuk selalu bahagia. Terima kasih buat semuanya.
Oh iya, gitarnya minta di stem ke yang lebih ahli.
Sekarang aku mengingat kembali apa yang telah aku lupakan. Ya, karena seorang teman dengan suara keren mengirimkan sebuah voice note. Hanya ada rekaman suaranya bernyanyi tanpa sebuah iringan musik. Andai kamu masih di dekatku, andai kita masih bisa berkomunikasi, andai kamu tidak pergi, andai kamu bersama yang lain, mungkin saat ini aku bisa membantu temanku. Tentu saja dengan bantuanmu.
Berawal dari tongkrongan pinggir jalan di sebuah warung kopi kecil yang hanya buka pada malam hari, lalu berubah saat kita mulai mengenal satu sama lain. Rasanya begitu saat pertama kali kamu mengajakku ke tempat yang penuh dengan alat musik, masih ku ingat dengan jelas "Istana Musik". Bahagia? Tentu saja. Aku sangat bahagia. Aku sibuk melihat-lihat semua peralatan musik yang 'harganya' amazing banget jika buatku. Ya, itu kali pertamanya ada yang dengan sukarela mengajakku ke tempat yang luar biasa itu.
Apa kau masih ingat dengan gitar yang kau berikan untukku?
Dia masih berada di sudut ruangan markasku. Kau tau, aku begitu membencimu sehingga aku tidak menyentuhnya untuk waktu yang lumayan lama. Dia masih terbungkus rapi lengkap dengan tasnya. Tapi temanku kemarin membuatku kembali menyentuhnya. Iya, aku kembali menyentuhnya dan ingin memainkannya. Tentu saja sudah tidak stel lagi, dengan sebisaku ku coba menstem ulang. Jika kau tau, pasti tidak akan membiarkanku melakukan itu. Karena kamu tau jika aku tidak bisa, tapi kemarin entah kenapa aku menemukan stelan yang (lumayan) bila di dengarkan.
Tiap dentingnya seperti mengingatkanku padamu. Saat itu kita janjian untuk main bareng seperti biasanya, jalan-jalan dan makan-makan. Akhirnya kita mampir dirumah temanmu, katamu mau ngambil sesuatu. Ternyata kamu mengambil tas gitar ya tentu saja berisi dengan gitarnya. Dengan gaya sok cool dan senyum kerenmu, kamu menyerahkannya padaku. Bingung, tentu saja aku bingung. Gitar? Tak pernah terpikir olehku untuk memilikinya.
Sore hari, aku harus segera pulang kalau tidak ingin ketinggalan angkot yang menuju ke kosku. Sepanjang perjalanan kamu selalu tertawa saat melihatku. Emang kamu bodoh banget waktu itu. Sampai akhirnya kamu sampai di tujuanmu dan aku masih harus melanjutkan perjalananku. Aku masih bisa melihatmu yang tidak juga pergi dari pinggir jalan.
Pesanmu yang sampai saat ini masih aku ingat:
"Hati-hati ya, lucu liat anak kecil bawa gitar. tapi kamu jadi keliatan keren. Oh iya, tadi cuma bayar karcis satu setengah."
Yess, bawa gitar bikin kerenku nambah. Saat itu aku benar-benar bahagia. Ulang tahunku sudah lewat tapi dia malah memberiku hadiah. Katanya, gitar itu bukan hadiah ulang tahunku tapi ulang tahunnya. Aku yang masih terlalu muda dan otakku yang masih berpikir seperti anak-anak. Tapi dengan telatennya kau mendampingiku.
Aku masih ingat dengan baik saat dimana aku benar-benar hancur, keadaanku sangat buruk, sampai aku tidak mengenali lagi siapa diriku. Tapi dirimu yang saat itu lemah pun sok kuat mengangkatku, menjagaku disaat aku berada di puncak emosiku, selalu tersenyum. Kau tahu dengan baik jika kepalaku sekeras baja, egoku besar dan tak ada yang bisa mengendalikan. Aku yang selalu angkuh dan kokoh selalu bisa menangis dalam pelukmu.
Jika aku mulai sok bergaya ala preman dirimu selalu bilang "Preman apaan? Aku peluk bentar juga pasti lemah. Jangan sok deh". Hahaaa, iya benar.. Dirimu itu emang luar biasa tapi cuma sampai saat itu.
Buatku setiap semua yang keluar dari bibirmu adalah kebenaran dan kebaikan. Dirimu seperti contoh orang yang ingin ku ikuti. Tapi setelah aku tahu jika kamu tak lebih baik buah jambu saat musim hujan yang sudah digigit oleh lalat buah. Terlihat segar diluar tapi busuk didalam. Ya, aku marah besar, aku kecewa melihatmu yang seperti itu. Sejak saat itu, aku benci semua tentangmu. Sejak saat itu pula, gitar yang kau berikan hanya terdiam di sudut ruangan. Tak ada lagi denting yang memecah bisunya kamarku. Tak ada lagi pertemuan antara kita.
Dan hari ini aku merindukanmu.. Happy Birthday kakak senja, gitar itu sudah kembali berbunyi. Aku tau, sebesar apapun kecewa dan benciku, kau masih jadi yang terbaik untukku. Sehat selalu ya, jangan lupa untuk selalu bahagia. Terima kasih buat semuanya.
Oh iya, gitarnya minta di stem ke yang lebih ahli.
No comments:
Post a Comment