Masih hujan. Aku sedang memikirkanmu, memikirkan banyak kemungkinan tentang kita. Kemungkinan yang tak mungkin. Perandaian yang membuatku takut akan segala hal tentangmu. Tentang kepergianmu, tentang rasamu yang berhenti, tentang segala hal tentangmu.
Aku berpikir tentang banyak hal. Alasan kenapa kamu diam? Kenapa kamu acuh dan menjadi dingin? Apakah kamu takut aku jatuh hati padamu? Hahaa... Percayalah, sebelum kamu tahu, aku sudah jatuh tanpa sempat memikirkan cara keluar dari lembah pesonamu.
Apakah aku menyesal?
Tidak. Aku akan menjawab itu dengan tegas. Tak ada sesal yang menjelma saat aku menyadari kejatuhanku ini. Sakit? Ah sudah pasti, jangan kamu tanya seberapa sakitnya ini, apalagi aku harus menahan semua ini sendiri agar tetap rapi tersembunyi.
Lalu kenapa masih bertahan?
Kau tahu, hujan adalah jelmaan anak-anak rindu. Begitu banyak dan syahdu. Hujan bisa memutar kembali ingatan tentang kebahagiaan dan kesakitan, tapi selalu ada rindu yang datang bersama tetesnya.
Apa hubungannya kamu, hujan dan aku yang masih bertahan?
Ya karena hujan tak pernah lelah dan menyerah untuk bercerita tentang rindu meski diabaikan. Ia tetap turun ke bumi tanpa berharap kembali ke langit. Ia terus menerus datang meski bumi enggan.
Kau tahu, hujan itu penyampaian rindu. Pagi ini ia turun sebentar, jika kamu juga rindu mestinya kamu bilang dan tak perlu gentar.
Aku akan menjawab apa?
Tentu saja aku pun sama. Merindukanmu juga.
Lalu bagaimana jika hujan tak datang hari ini?
Tenang. Walau ia tak datang kali ini, kamu tetap yang akan kurindukan seharian. Mulai senin sampai akhir pekan, dari pagi hingga semalaman.
Uwuwuwu..