Hei, apa kalian pernah memperhatikan jika sekarang, orang-orang disekitar kalian menjadi seperti robot? Mereka mengejar waktu setiap harinya. Kemudian saat mereka terburu-buru kemudian melakukan kesalahan, mereka tidak pernah akan mau disalahkan. Disini, yang salah akan merasa benar, dan yang benar kerap kali dipersalahkan. Tinggal siapa yang lebih dulu berteriak. Dunia memang keras.
Aku pun sama halnya dengan mereka, tidak berbeda jauh. Diburu oleh waktu. Tapi ada satu yang selalu membuat hatiku sedikit lega, dan menjadikan pagi terasa tak biasa. Itu karena dia.
Oh ya, namaku Orion. Aku bekerja sebagai pramusaji di salah satu kedai kopi di kawasan Surabaya. Setiap pagi, waktu sudah berlarian mengejarku tanpa pernah memberi ampun. Namun ada satu hal yang menjadikan pagiku lebih indah dari kicau burung yang memecah hening pagi. Lebih mendebarkan dari suara motor sport 4 tak yang dipacu di jalanan. Dia. Yang setiap hari membuatku rela untuk menunggu.
Jam digital yang terpampang di layar handphone ku menunjukan waktu 06.30. Waktunya untuk berangkat menuju tempat pertemuan. Bukan janjian. Hanya saja, disana aku bisa bertemu dan melihatnya.
06.36. Aku sudah sampai. Tak lupa ku pasang earphone pada kedua telingaku, meski tanpa musik. Konyolkah? Haha.. Aku hanya ingin fokus melihatnya tanpa ingin mendengar apapun dari suara orang-orang yang juga lalu-lalang di tempat ini. Tak lama kemudian, kulihat dia sudah berada di ujung jembatan penyeberangan. Kemeja kotak-kotak hitam dengan garis-garis biru, celana jeans senada, dan sepatu kets. Rambutnya dibiarkan tergerai. Cantik.
Dia berjalan perlahan sambil membawa sebuah buku yang sesekali dibacanya. Kurasa, dia sedang menghafalkan sesuatu. Aku pun berjalan menuju kearahnya. Ditempat ini, setiap harinya aku berpas-pasan dengannya. Melihatnya dari arah berlawanan, kemudian menoleh saat posisi kami sejajar. Kemudian menjauh menuju ke tempat masing-masing yang kami tuju.
Aku menemuinya di jembatan penyeberangan yang tak jauh dari halte bis yang menuju kearah tempatku bekerja. Disini setiap pagi. Di tempat yang sama. Pada jam yang hampir sama pula setiap harinya. Aku menemuinya.
Aku tidak mengenalnya, bahkan siapa namanya saja, aku juga tidak mengetahuinya. Sebntar, biar aku ralat. Bukannya aku tidak mengenal dan tahu namanya, hanya belum tau. Setiap hari kami hanya berpas-pasan di jembatan penyeberangan ini. Kemudian kami pergi kearah berlawan menuju tujuan kami masing-masing. Ya, saaat ini aku dan dia masih berjalan berlawanan arah, tapi mungkin saja nanti, aku dan dia bisa berjalan beriringan dengan arah yang sama. "Mimpi kamu Ori" Batinku.
Tapi siapa yang tau kehendak Tuhan? Mungkin saja aku nanti di berikan kesempatan, meski sekedar menyandingnya. By the way, Selamat pagi cinta.