Translate

Monday, 14 November 2016

Definisi Bahagia (suka-suka)


Apa yang kamu ketahui tentang bahagia?
Tertawa? Perasaan yang meluap-luap? Atau mungkin perasaan yang meletup-letup seperti popcorn? Atau kah ada perasaan lain?

Namun intinya, semua orang bebas mendeskripsikan bahagianya. Mereka bebas mengatakan apapun tentang kebahagiaan yang sedang mereka rasakan, apa yang membuat mereka bahagia, bebas.
Ada orang yang terlalu rumit mencari kebahagiaan. Namun tidak sedikit orang yang bahagianya begitu sederhana. Mungkin aku dan teman-temanku salah satu yang menyederhanakan sebuah kebahagiaan. Kami tidak ingin mempersulit hidup yang memang sudah begitu rumit. Bahkan saking rumitnya, kami menyebut ini adalah kerumitan yang komplit pake cabe dan telor.

Jika ada yang bertanya, apa yang bisa membuatmu bahagia?
Duduk bersama teman, bercerita apa saja, ngopi, makan bareng, apapun asal bersama teman-teman.

Apakah kamu pernah tahu, jika ternyata uang mampu membeli kebahagiaan?
Bohong jika mereka bilang, uang tidak pernah bisa membeli kebahagiaan. Tahu kenapa? Karena aku dan tiga temanku, begitu menyukai……. JKT48 (baca: jeketi for-ti-eg). Di dunia jeketi, tidak ada yang namanya gratis. Apa-apa selalu memakai uang, you know lah. Dan nyatanya, kami begitu bahagia saat berada di dunia per-jeketian, yang berarti kami harus mengeluarkan lembaran-lembaran rupiah dari dompet kami. Ya.. Kami sudah membeli kebahagiaan. Kalian juga kan? Hahaa, dasar wota.

Orang yang kekeh bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan, mereka hanya tidak bisa mempergunakan uangnya untuk membahagiakannya.

Ada bahagia yang lebih sederhana lagi. Semesta. Aku suka suaranya, aku suka saat dia mulai berbicara. Jika nanti jarak kami hanya tinggal sejengkal, aku ingin melihatnya ketika gesture wajahnya mulai flat layaknya tv layar datar, memperhatikan sudut bibirnya yang membentuk lengkung yang sempurna saat ia tersenyum. Sorot matanya, hembusan nafasnya yang berat.

Entah kenapa aku suka saat ia terlihat mulai cemburu. Iya, cemburu. Seperti merasa berharga untuknya, yah.. walau mungkin hanya perasaanku saja. Haha. Hei semesta, yang kamu sayangi ini zodiac cancer lho.
Intinya, bahagia itu bisa berarti apa saja. Ketika dia menyapa, saat dia bertanya, saat tanpa sengaja berada di tempat yang sama, apapun itu. Yang pasti, jangan pernah mengambil kebahagiaan orang lain untuk dijadikan kebahagiaanmu. Karena rasanya akan hambar. Tak seperti kebahagiaan yang sebelumnya kamu lihat.

Ingat, kadar dan cara seseorang berbahagia itu beda-beda.

Dear Semesta,
Jika nanti malaikat bertanya apa yang bisa membuatku bahagia di dunia, salah satunya adalah senyummu. :)

Saturday, 12 November 2016

Hari Ayah 2016

11.12 PM. Mulai ngetik.

Masih belum terpikir apa yang harus aku tulis. Harusnya mudah bagiku untuk menulis tentang hari spesial ini. Ditambah lagi, dia seperti tokoh imajinasiku. Aku memang tidak pandai mengingat wajah seseorang, tapi aku ingat wajahnya meski samar. Iya, hanya samar-samar. Maka dari itu, aku membentuk sebuah bayangan wajah yang bisa menggambarkan tentang dia.

Di otakku dia ku jadikan sesosok orang yang keras, selalu berbeda pendapat dan pandangan denganku, dia sering marah-marah dan aku.. Selalu saja melawannya dan tidak akan pernah mengalah. Dia sering berbicara dengan nada tinggi, suka berteriak, dan aku hanya menyunggingkan senyum asimetris. Haha, tapi semua hanya dalam bayanganku saja. Karena aku tidak tahu orang seperti apa dia.

Aku hanya menjalani hidup seperti yang aku inginkan, bukan yang dia inginkan. Keinginannya? Entahlah.. Aku tidak tahu apa yang diinginkannya. Aku belum sempat menanyakan padanya. Andai pun tahu, aku juga tidak akan peduli.

Dear ayah,

Ayah, ku punya cerita. Saat ini ku tak sendiri~

Pasti ayah tahu, saat ini aku sedang menjalani hidup dengan luar biasa. Aku bukan lagi bocah seperti tahun lalu, bahkan tahun-tahun sebelum saat ini. Aku baik, do'akan saja selalu baik. Mungkin di sana, ayah sedang melihatku atau mungkin sekedar mengingatku. Tenang saja, aku sudah berubah. Aku sudah mengikhlaskan apa yang memang harus ku jalani bersama wanita hebat yang saat ini pastinya sudah terlelap.

Oh ya, ayah tahu jika saat ini aku memiliki semesta? Ya, aku memanggilnya semesta. Bersamanya, ada nyaman yang entahlah aku tidak bisa menggambarkannya. Dia membuatku selalu saja rindu, tapi jga sering kali dia membuatku cemburu. Jangan marahi dia, karena dia terlalu lembut. Aku tidak akan tega melihatnya tertunduk. Salahkan saja aku, karena telah memiliki rasa yang tidak biasa padanya.

Yah.. Sesuatu yang telah ku bangun, ku perjuangkan, ku pertahankan, akhirnya telah berakhir. Aku kalah. Aku telah gagal. Tapi sisi positifnya, aku bisa jauh lebih dekat dengan mereka. Ya.. Memang seharusnya seperti saat ini. Aku bukan lagi orang asing bagi mereka, dan mereka ku rasa seperti layaknya keluarga, bukan sebagai orang asing yang hanya tahu namanya. Mereka begitu hangat, terima kasih telah memberikan orang-orang yang menyayangiku.

Nanti, entah lebih cepat atau mungkin lebih lambat dari yang aku perkirakan. Akan ku bangun hal baru untuk menggantikan apa yang telah aku akhiri. Do'akan saja semua berjalan dengan lancar.

Btw, terima kasih telah menjadi perantara hingga aku ada di dunia ini. Tanpamu, aku tidak akan menemukan ibu hebat seperti ibuku. Walau aku tidak bisa mengingatmu dengan jelas. Aku memang tidak pernah bisa memilih tentang kelahiranku. Namun jadi manusia seperti apa aku nantinya, seutuhnya adalah pilihanku. Aku tidak akan jadi sepertimu.

Jangan lupa untuk selalu baik pada Tuhan, biar nantinya Tuhan sakan selalu baik padaku. Hahaaa

Selamat hari Ayah yah. :)

Salam hangat,

Yunika

Wednesday, 2 November 2016

November dan Hujan

Wake me up when october ends~

November dan hujan. Seperti mengulang kembali cerita yang telah usai.

Hari kedua di bulan ini, hujan kedua setelah semalam reda.
Apa yang sedang ada di pikiranmu saat ini? Aku kah? Dia kah? Atau mungkin perkiraanku salah. Kerja, dead line, dan semua file-file yang harus kamu selesaikan dengan segera. Ya, mungkin itu.

80 menit 41 detik.

Apa yang paling membahagiakan selain bisa mendengar suaranya (lagi), setelah puluhan hari ia serasa menghilang dari duniaku? Tidak ada.

Suaranya, aku menemukan bahagia yang berbeda dari biasanya dan suatu hal yang berwarna. Tawanya, gaya bahasanya, dan semua pertanyaan-pertanyaan yang harus ku jawab dan menjelaskannya. Kalimat yang tak terduga, atau sekedar obrolan yang mampu memangkas waktu dan mencairkan kebekuan hariku.

Ibarat malam yang telah mengambil alih siang, dan menyelimuti dunia dalam pekatnya. Namun kehangatan dan bahagia yang ku kecap, masih tetap tinggal dan terasa.

Senyata rasa pahit dan sakit yang selalu ada, seabstrak itu pula kehadiran sebuah rasa. Ia media, ia rasa, ia ada. Hadirnya begitu melegakan, menandai waktu dan mengisi sebuah kekosongan. Mengisi dengan hal-hal yang tak teraba, hanya bisa dirasa.

Aaahhh S-emesta, sepagi ini aku sudah merindukanmu. Melihat hujan di luar sana aku iri, ia bisa menyampaikan rindunya pada bumi. Aku? Aaahhh...