Hai, langit siang hari ini di penuhi awan hitam. Gelap dan pekat. Sepertinya hujan deras akan menyapa bumi sebentar lagi. Hujan, yang terpikir hanya bakso atau indomie soto yang ekstra pedas. Aaakkkk... Abaikan.
Jadi aku mau bercerita nih, tentang apa yah? Hemmm, aku tidak bisa mendefinisikan apa yang ingin aku tulis. Hanya saja, setiap melihatnya memamerkan barang-barang yang luar biasa selalu membuatku dan yang lain ingin. Hahaa, penyakit hati hati kah? Entahlah.. Namun ini bukan iri soal dia yang memiliki banyak hal dibandingkan dengan kami yang pas-pasan. Apalagi kebanyakan dari kami mengepas-ngepaskan biar bisa pas meski kadang aneh, yang penting masih bisa bermanfaat.
Cuma ngelus dada sambil istighfar melihat polah tingkahnya yang "menyebalkan" hanya demi sebuah pengakuan dan kata "wah" di depan teman-temannya. Dia mungkin kaya, di lihat dari merk laptop, pakaian, tas, sepatu, motor, dan pernak pernik lainnya. Sekali lagi (mungkin) kaya kalau di lihat dari penampilan fisiknya. Yah, siapa yang tau? Gak pernah di ajak main ke rumahnya sih. Hehehe siapa elu? *plaaakkk
Beberapa waktu lalu, dengan jumawanya ia menunjukkan kembali banyak hal yang ia punya. Ah, itu sudah bisa seperti biasanya. Namun ada satu yang begitu membuat mataku membulat. Dia menghancurkanya laptop.
Bukan laptop temen sih yang dihancurkan, tapi leptopnya sendiri. Hanya saja, ya Tuhan.. Padahal itu dalam kondisi yang masih bagus banget. Apalagi dengan spesifikasi yang lebih tinggi dari yang kami-kami pegang. *nangis dalam hati
Dengan santainya dia mematahkannya, kemudian melemparnya ke lantai. *aku nangis dalam hati lagi. Ya ampun, tau gitu dijual aja dengan harga miring. Pasti banyak banget yang mau. Atau kalau memang kelewat kaya, di hibahkan saja biar jadi pahala.
Gak ikut punya, tapi ikut menyesal. *nangis sambil garuk tembok
Dalam hati cuma ngomong, "yang kamu hancurkan itu bisa jadi adalah apa yang kami impikan. Hanya mimpi, karena sepertinya kami tidak akan sanggup membelinya dengan apa yang kami miliki saat ini. Andai barang itu tidak dihancurkan, pastinya barang itu akan sangat jauh lebih bermanfaat daripada seonggok sampah yang kamu buang di lantai."
Dari kejadian itu, aku dan yang lain seolah sudah jenuh dengan kelakuannya. Bukan hanya barangnya yang hancur, tapi sepertinya hati kami yang melihat itu juga ikut remuk.
Dan dia hanya tertawa lepas, sendirian.