Translate

Thursday, 13 April 2017

Hancur

Hai, langit siang hari ini di penuhi awan hitam. Gelap dan pekat. Sepertinya hujan deras akan menyapa bumi sebentar lagi. Hujan, yang terpikir hanya bakso atau indomie soto yang ekstra pedas. Aaakkkk... Abaikan.

Jadi aku mau bercerita nih, tentang apa yah? Hemmm, aku tidak bisa mendefinisikan apa yang ingin aku tulis. Hanya saja, setiap melihatnya memamerkan barang-barang yang luar biasa selalu membuatku dan yang lain ingin. Hahaa, penyakit hati hati kah? Entahlah.. Namun ini bukan iri soal dia yang memiliki banyak hal dibandingkan dengan kami yang pas-pasan. Apalagi kebanyakan dari kami mengepas-ngepaskan biar bisa pas meski kadang aneh, yang penting masih bisa bermanfaat.

Cuma ngelus dada sambil istighfar melihat polah tingkahnya yang "menyebalkan" hanya demi sebuah pengakuan dan kata "wah" di depan teman-temannya. Dia mungkin kaya, di lihat dari merk laptop, pakaian, tas, sepatu, motor, dan pernak pernik lainnya. Sekali lagi (mungkin)  kaya kalau di lihat dari penampilan fisiknya. Yah, siapa yang tau? Gak pernah di ajak main ke rumahnya sih. Hehehe siapa elu? *plaaakkk

Beberapa waktu lalu, dengan jumawanya ia menunjukkan kembali banyak hal yang ia punya. Ah, itu sudah bisa seperti biasanya. Namun ada satu yang begitu membuat mataku membulat. Dia menghancurkanya laptop.

Bukan laptop temen sih yang dihancurkan, tapi leptopnya sendiri. Hanya saja, ya Tuhan.. Padahal itu dalam kondisi yang masih bagus banget. Apalagi dengan spesifikasi yang lebih tinggi dari yang kami-kami pegang. *nangis dalam hati

Dengan santainya dia mematahkannya, kemudian melemparnya ke lantai. *aku nangis dalam hati lagi. Ya ampun, tau gitu dijual aja dengan harga miring. Pasti banyak banget yang mau. Atau kalau memang kelewat kaya, di hibahkan saja biar jadi pahala.

Gak ikut punya, tapi ikut menyesal. *nangis sambil garuk tembok

Dalam hati cuma ngomong, "yang kamu hancurkan itu bisa jadi adalah apa yang kami impikan. Hanya mimpi, karena sepertinya kami tidak akan sanggup membelinya dengan apa yang kami miliki saat ini. Andai barang itu tidak dihancurkan, pastinya barang itu akan sangat jauh lebih bermanfaat daripada seonggok sampah yang kamu buang di lantai."

Dari kejadian itu, aku dan yang lain seolah sudah jenuh dengan kelakuannya. Bukan hanya barangnya yang hancur, tapi sepertinya hati kami yang melihat itu juga ikut remuk.

Dan dia hanya tertawa lepas, sendirian.

Sunday, 9 April 2017

Coklat atau Keju?

Pagi.. Pagi.. Hari minggu pagi.. Pergi kemana hari ini?

Terlalu pagi untuk pergi, apalagi meninggalkan hati yang senantiasa menyayangi dan mungkin tak akan bisa kau temukan lagi. Eeaakkk... Masih pagi wey.

Keju atau coklat?

Sama-sama sesuatu yang aku sukadan bisa membuat bahagia. Mau dibentuk apapun juga tetap suka. Seperti sayang, mau seperti apa dan bagaimana pun rasanya akan tetap sama. Kalau ku bilang suka jawablah dengan suka, maka ku akan semakin menyukaimu~ haha buyar.

Coklat.

Apapun asal rasa coklat, aku pasti akan sangat tertarik. Apalagi coklatnya yang banyak, terus pekat, legit, terus terus terus. Aaaakkkk... Tapi kadang sampai eneg makan cake coklat. Karena emang makannya yang kelewat kalap. Haha, cukup rehat bentar bisa makan lagi dan udah gak eneg lagi. Hehe

Keju.

Turunan susu satu-satunya yang bisa aku makan. Gurih. Membahagiakan. Dimakan langsung atau pun diolah, akan tetap cinta sama yang satu ini.

Aku tidak suka susu, tapi aku suka keju. Entahlah, aroma susu terlalu mengerikan apalagi dirasakan. Aku juga tidak suka vanila. Kalau ada ice cream vanila dan coklat dalam satu wadah, harus cepat-cepat dimakan sebelum mencair. Karena kalau si vanila udah melewati garis coklat, gak akan dimakan. Kata orang, magnum itu enak ya? Aku cuma bisa makan coklat luarnya, tapi ya gitu harus segera di buka setelah keluar dari kulkasnya.

Ribet? Memang.

Kata orang, kalau sedih makan saja coklat. Dia bisa membantu mengembalikan mood dan kebahagiaan.

Tapi, aku tidak bisa memakan coklat pas sedih. Entah kenapa, aku selalu tersedak dan seperti si coklat tertinggal di hidung dan itu sakit banget. Awalnya tidak yakin karena coklat, tapi pas ada moment sedih kemudian makan coklat lagi. Deg.. Emang ada sesuatu yang seperti nyangkut di hidung bagian dalam. Sejak saat itu percaya, kalau coklat malah bikin hati makin sebel.

Karena itu. Kalau sedih, makan apapun yang mengandung keju. Itu akan me-meltedkan mood yang hancur.

Jadi, kamu mau apa? Coklat atau keju? Atau kamu mau aku aja? Hahaa, happy weekend gengs. See ya..

Friday, 7 April 2017

Aku? TIDAK PERNAH ADA

Masih terlalu pagi untuk sebuah gerimis. Masih terlalu dini untuk menghapus hal-hal yang harusnya menjadi kenangan manis.

Menyesalkah?

"Sangat". Itu yang pasti akan menjadi jawabanmu.

***

Pagi-pagi yang terpikir adalah jatuh dengan kepala terbentur kemudian amnesia. Terlalu ekstrim. Faktanya aku takut darah, batal. Ada pemikiran lain? Tidak ada. Ya, memang tidak ada. Tidak pernah ada. Tidak akan lagi ada. Siapa? Aku.

Jika aku melakukan hal yang sama denganmu, apa bedanya aku denganmu?

Aku cuma cancer yang sering berlari pergi, menghilang kemudian kembali saat semua selesai ku atasi. Aku tidak bisa sedingin es teh, nyatanya aku selalu luluh dan menghangat. Aku tidak bisa sekeras batu hitam dan sekaku linggis. Aku cuma terlihat masa bodoh, malas, santai, dan pengecut. Maklumlah, cancer emang suka kabur-kaburan.

Ah.. Mungkin bagi dirimu hanya teman sekelas saja yang jalan pulangnya searah, keberadaan yang seperti angin...

Angin saja diakui keberadaannya. Aku?

Siapa loe? Berharga? Kenal sama loe? Cih.. Jangan ge-er. Loe cuma orang lewat. Kenal juga kagak, apalagi ingat.

Terus kemudian aku lemas. Dengan derai airmata mencoba mengingat, ternyata dia adalah orang yang aku lihat dalam mimpi semalam tadi. Pantas saja dia tidak mengenalku, karena hanya aku yang memimpikannya bukan saling. Karena aku, memang tidak pernah ada.

Sekian drama series pagi ini. Selamat subuh, Semesta. :)

SAMPAI BERTEMU DI KEADAAN YANG LEBIH BAIK DARI INI.

*tapi tidak akan menemui (lagi). Janji.

Wednesday, 5 April 2017

BEGO

Lelah ya?
Banget.
Rasanya kepala lagi kosong tapi penuh. Berisi adalah kosong, kosong adalah berisi. Halah..

Kebegoan dari kemarin pagi. Serba salah ngerjain banyak hal, kebingungan mencari arah. Badan dipaksa bergerak, agar kerja otak teralihkan dan fokus ke kegiatan. Namun tetap saja hasilnya nihil. Dia masih saja mengintip dari celah ingatan. Tersenyum dan menyapa. Ah, imajinasi. Berhentilah memaksaku mengingatnya.
Tapi mungkin benar kata orang, semakin kita memaksa melupakan, semakin kita mencoba mengingatnya. Berulang. Lagi, lagi dan lagi.

*np - Surat untuk Se....

Semua selalu memiliki alasan untuk tetap bertahan, dan aku telah kehilangan alasan yang membuatku mempertahan senyuman. Ya, karena memang tidak ada yang tahu seberapa beban berat yang sedang ku jalani ini. Yang mereka tahu hanya senyum yang selalu terkembang seolah tanpa beban, tatap mata yang teduh dan penuh kebahagiaan. Padahal aku mencuri kebahagiaan itu di tempat lain. Dan sekarang, aku kehilangan tempat itu. Tempat dimana harusnya aku bisa menemukan kebahagiaan lain yang bisa memberi kekuatan megazord meski tak pernah terlihat.

Tapi, semua berhak bahagia. Semua berhak menjalani hidup sebagaimana mestinya. Semua berhak mendapatkan yang terbaik untuk dirinya. Semua boleh pergi dan menghilang pada akhirnya. Termasuk dia.

Kapan kebegoan ini akan berakhir?

Mungkin esok, lusa, atau nanti. Entah.