Translate

Thursday, 29 December 2016

Kepada Semestaku



Bagaimana kabarmu hari ini? Kamu pasti sedang bekerja lebih keras dari biasanya, karena hari ini adalah bagian dari akhir tahun. Apa kamu sudah sampai rumah malam ini?
Mungkin kamu akan menemukan tulisan ini besok malam, atau mungkin esok hari. Lusa, minggu depan, tahun depan, bulan depan di tahun baru atau mungkin tidak sama sekali.
160 menit. 200 menit. Rasanya tidak pernah cukup untuk menuntaskan rindu yang telah bertamu dan berdiam sejak beberapa bulan lalu. Kamu pasti tahu, jika aku tidak pernah ingat bagaimana awal mula kita bisa dekat. Yang pasti, waktulah yang membawa kita lebih dari sekedar obrolan-obrolan hangat para sahabat.
Banyak pertanyaan yang kamu lontarkan dan ku jawab dengan senyum dan canda renyah. Aku bukannya tidak mengerti betapa risaunya dirimu. Kau memikirkan banyak hal dalam sekali waktu, aku hanya ingin menenangkanmu. Semua akan baik-baik saja. Percayalah.
Kau selalu bertanya, “Kenapa kamu tidak menemukanku ketika usiaku masih belasan atau setidaknya ketika aku masih berusia 20 tahun? Kenapa kamu tidak datang pada saat itu? Aku seperti sudah tidak punya banyak waktu.”
Percayalah, aku memikirkan hal yang sama seperti apa yang berputar-putar di kepalamu. Bahkan mungkin ketakutanku melebihi apa yang sedang kamu khawatirkan sekarang.
Mungkin aku tidak akan sempat menyampaikan semua yang ku miliki saat ini untukmu, karena jarak dan waktu tak pernah bisa berkompromi banyak denganku. Aku selalu berharap pada sang waktu untuk berjalan lebih lambat, agar semua yang ada di sini bisa lebih lama ku rasakan. Aku sempat berpikir untuk menghentikan waktu, berharap waktu berhenti saat kamu mulai tahu jika hatiku telah jatuh kepadamu dan ketika aku merasa jika akhirnya kita punya rasa yang sama. Beberapa kali juga aku ingin memutar kembali sang waktu, untuk  mempercepat pertemuan kita. Namun, dari mana aku mendapatkan kekuatan seperti itu? Tapi jika itu semua terjadi, apakah cerita kita selanjutnya akan berubah dan menuju akhir yang berbeda?
Mungkin nanti akan ada hari dimana kamu bisa mengerti tentang semua yang pernah kita alami benar-benar ada dan telah terjadi. Kau boleh memarahiku, menangisiku, bahkan memukulku dengan sekuat yang kamu mampu, tapi jangan melupakanku. Kau boleh membenciku, menyesali perasaan yang tumbuh di hatimu karenaku. Jika aku adalah sebuah kesalahan, izinkan aku menjadi kesalahan indah dalam perjalanan rasa yang rumit. Maafkan aku, salahkan saja aku. Tapi biarkan aku tetap jadi penghuni lorong gelap di sudut hatimu, diam-diam mengawasimu dari tempatku, hingga nantinya kamu lupa dan tidak mengenaliku.
Maafkan jika aku tidak bisa selalu dekat. Maafkan aku jika tidak punya banyak waktu untuk menciptakan kenangan-kenangan bersamamu. Jika banyak rencana kita yang tak bisa ku hadirkan, simpanlah sebagai mimpi dalam angan saat kamu terjaga. Jika nanti kamu merindukanku, temui aku di antara kenangan yang berserakan di lantai hatimu.
Aku mencintaimu, Semestaku!

No comments:

Post a Comment