Bagaimana
kabarmu hari ini? Kamu pasti sedang bekerja lebih keras dari biasanya, karena
hari ini adalah bagian dari akhir tahun. Apa kamu sudah sampai rumah malam ini?
Mungkin
kamu akan menemukan tulisan ini besok malam, atau mungkin esok hari. Lusa,
minggu depan, tahun depan, bulan depan di tahun baru atau mungkin tidak sama
sekali.
160
menit. 200 menit. Rasanya tidak pernah cukup untuk menuntaskan rindu yang telah
bertamu dan berdiam sejak beberapa bulan lalu. Kamu pasti tahu, jika aku tidak
pernah ingat bagaimana awal mula kita bisa dekat. Yang pasti, waktulah yang
membawa kita lebih dari sekedar obrolan-obrolan hangat para sahabat.
Banyak
pertanyaan yang kamu lontarkan dan ku jawab dengan senyum dan canda renyah. Aku
bukannya tidak mengerti betapa risaunya dirimu. Kau memikirkan banyak hal dalam
sekali waktu, aku hanya ingin menenangkanmu. Semua akan baik-baik saja.
Percayalah.
Kau
selalu bertanya, “Kenapa kamu tidak menemukanku ketika usiaku masih belasan
atau setidaknya ketika aku masih berusia 20 tahun? Kenapa kamu tidak datang
pada saat itu? Aku seperti sudah tidak punya banyak waktu.”
Percayalah,
aku memikirkan hal yang sama seperti apa yang berputar-putar di kepalamu. Bahkan
mungkin ketakutanku melebihi apa yang sedang kamu khawatirkan sekarang.
Mungkin
aku tidak akan sempat menyampaikan semua yang ku miliki saat ini untukmu,
karena jarak dan waktu tak pernah bisa berkompromi banyak denganku. Aku selalu
berharap pada sang waktu untuk berjalan lebih lambat, agar semua yang ada di sini
bisa lebih lama ku rasakan. Aku sempat berpikir untuk menghentikan waktu,
berharap waktu berhenti saat kamu mulai tahu jika hatiku telah jatuh kepadamu dan
ketika aku merasa jika akhirnya kita punya rasa yang sama. Beberapa kali juga
aku ingin memutar kembali sang waktu, untuk
mempercepat pertemuan kita. Namun, dari mana aku mendapatkan kekuatan
seperti itu? Tapi jika itu semua terjadi, apakah cerita kita selanjutnya akan
berubah dan menuju akhir yang berbeda?
Mungkin
nanti akan ada hari dimana kamu bisa mengerti tentang semua yang pernah kita
alami benar-benar ada dan telah terjadi. Kau boleh memarahiku, menangisiku,
bahkan memukulku dengan sekuat yang kamu mampu, tapi jangan melupakanku. Kau boleh
membenciku, menyesali perasaan yang tumbuh di hatimu karenaku. Jika aku adalah
sebuah kesalahan, izinkan aku menjadi kesalahan indah dalam perjalanan rasa
yang rumit. Maafkan aku, salahkan saja aku. Tapi biarkan aku tetap jadi
penghuni lorong gelap di sudut hatimu, diam-diam mengawasimu dari tempatku,
hingga nantinya kamu lupa dan tidak mengenaliku.
Maafkan
jika aku tidak bisa selalu dekat. Maafkan aku jika tidak punya banyak waktu untuk
menciptakan kenangan-kenangan bersamamu. Jika banyak rencana kita yang tak bisa
ku hadirkan, simpanlah sebagai mimpi dalam angan saat kamu terjaga. Jika nanti
kamu merindukanku, temui aku di antara kenangan yang berserakan di lantai
hatimu.
Aku
mencintaimu, Semestaku!
No comments:
Post a Comment