Di setiap langkahku, ku kan slalu memikirkan, dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu,
Janganlah kau tinggalkan diriku,
Tak kan mampu menghadapi semua,
Hanya bersamamu ku akan bisa~
Matamu seolah menyiratkan banyak hal. Seperti memohon untuk tetap tinggal di sini bersama, dan tak pernah pergi ke mana pun. Dan saat itu, hanya itu yang bisa kutangkap dari binar matamu.
Hari-hari berlalu seperti biasanya. Berangkat dari jalan yang berbeda. Kamu berjalan bersama teman-temanmu melewati jalan kecil samping kosmu. Berjalan beramai-ramai melewati ilalang yang berada di tepi jalan. Kemudian dilanjutkan ke trotoar jalan besar. Dari belakang pun, aku begitu mengenal bentuk fisikmu. Ditambah lagi, aku hafal semua sepatu dan tas yang kamu pakai. Aku hanya tersenyum, mengejekmu sebentar, kemudian berlalu pergi meninggalkanmu.
Setiap ke kantin, aku selalu was-was jika bertemu denganmu. Kantin seluas ini pun rasanya terlihat begitu kecil. Karena kamu selalu berhasil menemukanku, meski aku berada di meja yang selalu berpindah setiap harinya. Hahaha... Memang instingmu tidak bisa aku remehkan.
Kalian pasti mengira kalau aku takut diminta membayar makanannya, hahaha tidak. Dia selalu memarahiku jika aku minum es. Saat cuaca panas adalah saat yang tepat untuk minum es. Kemudian aku akan batuk dan sakit setelahnya. Aku memang si anak bandel yang memang sebandel itu. Sudah tau menyakitkan, tapi tetap dilakukan. Ya, seperti rasaku terhadapnya.
Jika waktu itu bisa terulang lagi. Aku ingin dengan benar memanfaatkan waktu ketika masih bersamamu. Aku ingin memperbaiki hal-hal yang membuat kita sering bertengkar. Aku ingin meredam cemburumu. Aku ingin menyatakan, jika kamu adalah satu-satunya hal yang kuinginkan. Aku ingin kita bersama. Banyak hal yang ingin kulakukan bersamamu, sebelum semua terhenti pada satu titik.
Suatu ketika, aku pergi ke tempat yang pernah kita singgahi dulu. Sekedar mengingatmu, dan menghirup aroma rindu agar memenuhi paru-paruku. Namun saat aku ingat sosok yang berada di sampingmu saat ini, amarahku bergemuruh, dadaku seketika sesak dipenuhi dengan kebencian. Si brengsek itu yang menghancurkan semuanya.
Andai saja dia tidak mengancammu dengan pertaruhan nyawanya. Andai saja dulu kamu tidak... Ah, sialan. Bedebah.
Hembusan nafas cepat ini reda saat dering ponsel memutar sebuah lagi,
Kau genggam tanganku,
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata, dan hapus semua sesalku~
Tak pernah ada penyesalan ketika aku mencintaimu. Tak ada penyesalan juga ketika aku berpisah denganmu. Tak ada penyesalan pula saat aku harus menerima kenyataan, kau bukan milikku. Tak ada penyesalan...