Translate

Friday, 5 June 2015

Bidadari Bersayap Sebelah (lagi)

Hei kamu.. Pemilik lensung pipi yang selalu saja membuatku terpesona. Ya ya ya.. Baiklah.. Lagi-lagi aku menulis tentangmu seenakku sendiri. Jika kau tahu entah kau akan marah atau malah sebaliknya. Aku terlalu percaya diri karena telah bisa mendeskripsikanmu. Tapi sebenarnya, semua itu adalah kata-kata template yang biasa ditulis para penulis atau penggombal untuk merayu. Tapi harus bagaimana lagi jika memang itulah adanya.

Bidadari bersayap sebelah. Ah, kalau kau tahu pastinya kau bertanya kenapa ku memanggilmu seperti itu? Atau mungkin kau sudah tahu? Hahaa.. Aku hanya bisa menebak dan mengira-ngira saja. Sebenarya aku ingin bertanya tentang ini saat kita bertemu tempo hari. Tapi kau sendiri pastinya tahu, semua kalimat tanya yang kurangkai menguap begitu saja saat ku jabat tanganmu.

Senyummu itu yang membuatku semakin tak kuasa untuk berucap. Rasanya semua kata tertahan di tenggorokanku dan tak ingin keluar. Aku hanya ingin tersenyum dan terus memperhatikan senyummu, sebelum waktu untukku habis. Kau berbicara banyak hal, seolah kita ini sudah sering bertemu. Padahal itu adalah pertemuan ke-3 kita.

Memang tidak ada yang bilang malaikat atau bidadari itu bersayap, hanya saja orang-orang mendeskripsikan malaikat dan bidadari memiliki sayap putih dan besar di punggungnya. Lalu kenapa aku memanggilmu Bidadari bersayap sebelah?

Karena tulisan kmu bikin baper. Buatku jika semua di tulis dari hati pasti sampai ke hati juga. Kata-kata yang kau rangkai selalu saja melebihi umurmu. Bagaimana caranya aku tidak jatuh jika kau seperti itu? Lalu kamu dengan kerennya bawain Bird, bagaimana bisa aku bertahan untuk tidak semakin jatuh? Tidak ada.

Kenapa harus bidadari bersayap sebelah, bidadari cacat? Haha, dasar bodoh. Mana ada bidadari cacat? Dengan santai aku jawab, agar bidadariku tidak bisa kembali ke kahyangan. Karena itu aku mencuri sayap sebelahnya dan memasangnya di punggungku. Jadi jika dia ingin terbang, dia akan mengajakku untuk menjadi sayap sebelahnya. Dan aku tidak perlu takut di tinggalkan sendiri.

Egois. Rasa ingin memiliki berawal dari rasa tidak ingin dia kenapa-napa, lalu berubah menjadi ingin selalu bersama.


1 comment: