Untuk diriku sendiri,
Ini mungkin hanya terasa bagai sebuah kebencian yang mendalam, sebuah dendam yang tak berujung, sebuah kesakitan yang tak pernah bisa aku ungkapkan. Tak pernah bisa, dan tak pernah ada yang tahu apa yang membuatku seperti ini. Terkadang ada air mata yang bersembunyi di balik tawaku, ketika aku melihat mereka bercerita tentang betapa hangatnya sebuah keluarga.
Semua juga tahu, jika keluarga terdiri dari Bapak, Ibu, dan anak-anak. Aku punya bapak, namun tak pernah ku rasakan kehadirannya. Aku memilikinya hanya pada akta kelahiranku, raport sekolahku, ijazahku, namun aku tak benar-benar memilikinya.
Aku terlahir dari pernikahannya dengan ibuku, namun karena dia di angkat menjadi pegawai negeri sipil di sebuah seolah di daerah Irian Jaya dia meninggalkan ibuku dengan aku yang masih beberapa bulan di kandungan. Dan sejak saat itu, ibuku tak pernah lagi bertemu dengannya. Itulah yang di katakan orang-orang di sekitarku, bahkan tetangga rumahku pun bercerita hal yang sama.
Tak ada foto, tak ada apapun yang bisa ku ketahui tentang bagaimana wajah bapakku. Aku hanya tahu namanya, itu pun aku baca dari akta kelahiranku yang di serahkan oleh nenekku. Aku sekali pun tak pernah berani menanyakan apapun tentang bapakku kepada ibuku, karena aku takut itu akan melukainya Aku memendam rasa ingin tahuku tetang sosok bapakku.
Aku tumbuh dengan bimbingan ibuku, dan dengan keluargaku yang lain. Mereka juga tak pernah menyinggung apapun tentang bapakku. Pertama kali aku bertemu denganya, ketika aku kelas 5 SD. Dia datang ke sekolahku bersama salah satu pamanku. Yang ku tahu hanya marah, ketika aku ingin di peluknya aku berontak dan berlari menjauh. Tapi aku tak melihat wajahnya, atau mungkin tidak ingat sama sekali. Entahlah... Aku tidak terlalu memikirkannya.
Sejak saat itu, aku tak lagi tahu bagaimana kabar bapakku. Dan ketika aku kelas 3 SMA, bapakku kembali muncul.dalam kehidupanku. Aku di belikan HP, ingat banget karena sebelumnya aku tidak punya. Hahahaaa.. Itulah pertama kalinya aku benar-benar tahu bagaimana wajah bapakku. Setelah itu, aku kembali bertemu ketika mendekati hari raya idul fitri, saat hampir kelulusan sekolahku. Dan itulah terakhir kalinya aku bertemu dengannya.
Saat aku menunggu keluarnya ijazahku, aku pergi bermain ke tempat temanku dan dari situlah aku di telepon pamanku jika bapakku meninggal dunia. Tapi tetap saja aku tidak gugup, karena suara telepon itu tidak benar-benar aku dengarkan. Sesampainya di rumah ibuku mengatakan berita itu, dan ternyata tidak ada respon yang luar biasa dariku. Karena memang tak pernah ada rasa untuk bapakku, jika pun meninggal dunia saat itu tak ada masalah untukku. Karena bagiku, bapakku telah mati sejak saat aku lahir.
Hingga saat ini, benciku tak pernah padam. Semakin aku mengingatnya, semakin aku membencinya. Karena dia, aku tak pernah merasakan hangatnya kasih sayang seorang bapak. Karena dia pula, aku tak akan pernah bisa memanggil bapak. Karena dia, aku selalu iri dengan cerita teman-temanku tentang bapak mereka.
Kemarin saat perjalanan pulang dari warung, ibuku bicara banyak tentang mantan-mantan pacarnya dulu sepanjang jalan. Saat aku mulai mendekati rumahku, dan ibuku turun dari boncengan motorku beliau berkata " Andai aku ora pethuk karo bapakmu, terus aku rabi karo wong suroboyo paling anakku dudu' sampeyan ". kira-kira artinya seperti ini, Andai aku tidak bertemu dengan bapakmu, dan menikah dengan orang dari surabaya mungkin anakku bukan kamu. Aku langsung tertawa dan berkata, " Paling anakmu ga bakal keren koyo' aku ".
Inilah yang paling aku suka dari ibuku, selalu mengerti yang terbaik untuk anaknya. Walau sebrutal apapun aku di luar, sebijak apapun aku di depan teman-temanku namun tetap saja aku adalah putri kecilnya yang tetap selalu jadi anak kecil di hadapannya.
Tak ada yang bisa ku lakukan, kecuali ucapan terima kasih yang sangat untukmu ibuku. Terima kasih telah memberiku alasan untuk terus hidup di dunia ini. Terima kasih karena hanya engkau yang mengakui keberadaanku, yang selalu memahamiku, yang selalu jadi teman bicaraku dan jadi pendengar setiaku meski kau telah mendengar cerita yang sama berulang-ulang kali.
Terima kasih Mbak Kayah... You're a reason for my life...
SAMPAI BERTEMU DI KEADAAN YANG LEBIH BAIK DARI INI..!!! ^_^
No comments:
Post a Comment