Translate

Tuesday, 22 August 2017

Lagi dan Lagi

Line, 22 Agustus 2017

Kembali membiarkan sabar menunggu waktu menyelesaikan bagiannya. Membiarkan waktu menghabisi rindu, menghapus kenangan, menghilangkan perasaan, dan menggantinya dengan yang lain.

Hidup itu sederhana, pilihanlah yang membuatnya rumit. Bisa saja hari ini kamu kehilangan orang yang mampu memelukmu dengan erat dan hangat, atau mungkin kehilangan sesuatu yang sudah kamu miliki sejak lama. Bisa jadi, kamu kehilangan sesuatu yang kamu inginkan tapi bukan sesuatu yang sebenarnya kamu butuhkan. Ya, bisa saja kan?

Semua orang sedang berjuang dan tengah berada di medan perangnya masing-masing. Ada yang menang, ada juga yang kalah. Ada yang mencoba, ada pula yang mundur dan menyerah. Jadi kamu mau pilih yang mana?

Jangan lagi percaya dengan kalimat "Semua akan indah pada waktunya", jika kamu masih diam dan tidak berusaha mencari keindahannya. Karena tidak semua pelukan mampu menenangkan, tidak semua kalimat indah mampu meredam gelisah.

Semoga usahamu, tiap bulir keringat yang keluar dari tubuhmu, tiap do'a yang senantiasa kau ucap dalam gelap, tidak sia-sia. Hari ini, besok, lusa, ada seterusnya kamu akan baik, selalu baik dan akan baik-baik saja.

Selamat pagi Semesta, jangan lupa bahagia.

Rumah

Line, 22 Agustus 2017


Menurutmu apa itu rumah?

Sebuah bangunan pada alamat tertentu?

Ya bisa jadi. Tapi bukankah rumah tak selalu berbentuk bangunan, bisa jadi rumah itu berbentuk hati, bahu, dekap, dan semua kenyamanan yang membuatmu tidak ingin kemana-mana lagi.

Tapi masalahnya, hidup tidak selalu tentang bahagia tapi juga tidak melulu soal kesedihan. Ini tentang proses, semua bagian ada waktunya masing-masing.

Sekarang, tahanlah dulu. Sabar dan lapangkan hatimu, semua beban yang hinggap di pundakmu, semua sedih yang menyesakkan dadamu, dan semua cemas yang menemani malam-malammu. Tidak mengapa jika memang bersedih, tapi jangan sampai menyerah. Tidak apa jika ingin berhenti, tapi ingat jika itu hanya sebentar.

Kadang, mencari bukan perkara membutuhkan. Tapi juga karena belum mendapatkan apa yang belum dimiliki. Ya seperti rumah yang aku katakan di awal-awal tadi.

Semua ada waktunya kan? RencanaNya selalu sempurna kan? Semua sudah tertulis dan tidak akan salah alamat kan?

Night Semesta, yang pernah menjadi salah satu bagian dari do'a dalam sepertiga malamku.

Laut atau Gunung, mana yang kamu suka?

Line, 17 Agustus 2017

Pertanyaan berat.

Aku suka laut. Meskipun panas, aku suka mendengar deburan ombak yang bersahutan, terpaan angin, lembutnya pasir, dan dinginnya air. Iya, aku sangat suka warna birunya langit yang dipadu dengan jernihnya laut berhias putihnya buih.

Aku suka melihat saat ombak mulai datang mendekatiku. Seakan aroma pantai menyusup masuk dengan bahagianya ke rongga paru-paru.

Kemudian saat senja datang. Deburan ombak yang menghantam karang, ibarat kidung patah hati yang menyanyikan kidung patah hati. Warna jingga keemasan yang mulai tenggelam dalam samudra, seolah mengukuhkan sakitnya. Huft.. Laut selalu saja membuat suasana jadi romantis sekaligus melankolis.

Kalau gunung. Ah, harusnya tidak perlu ku jelaskan lagi kenapa aku suka. Warna hijau daun, segarnya udara gunung, embunnya yang basah ketika pagi, dinginnya udara saat malam datang, jernihnya air, gemuruh air terjun, kabut yang menyusup pemukiman penduduk. Aaahhhh... Aku suka pegunungan.

Di kawasan pegunungan, tidak kalah romantisnya. Di sana, kamu bisa adu lari menanjaki bukit, bermain air, melihat di persawahan yang dipenuhi dengan sayuran yang menggodamu.

Saat kamu mendaki puncaknya, ada dua hal yang akan dikejar. Sunrise dan sunset. Kenapa? Karena bagi banyak orang, itulah waktu paling indah dan romantis sebelum. matahari meninggi atau tenggelam.

Lalu, sekarang lebih suka mana? Gunung atau laut?

Bagiku dimana pun akan terasa bahagia, asal tujuanku sepaket denganmu.

Bukan tentang tempat, tapi tentang dengan siapa kamu berjalan kesana dan dengan siapa kamu menikmati ketika sampai di tujuan.



Salah dan Kesalahan

Line, 16 Agustus 2017

#np - Ashita, boku wa kimi ni ai ni iku

Kenapa harus play lagu itu?

Lagi suka aja, perasaan jadi baper kalau denger lagu itu. Apalagi baca terjemahannya, sedih. wkwkwk..

Jadi mari kita bicara,

Berdamai dengan Masa Lalu

Kenapa?

Bagaimana aku bisa membawa hatimu pergi, jika sebelah kakimu masih tertahan di sini?

Mungkin itu pertanyaan yang pas untuk menggambarkan, mengapa harus berdamai dengan masa lalu. Tak akan ada masa depan tanpa masa lalu, namun bukan berarti kamu tidak bisa bahagia dengan yang baru.

Aneh memang, jika kita harus berdamai dengan waktu dan kenangan. Tapi apa boleh buat? Memaafkan semua waktu yang terjadi meski tak indah, memaafkan setiap gurat luka yang pernah orang lain perbuat, memaafkan diri sendiri karena pernah salah.

Benci pada diri sendiri, jijik pada kesalahan yang pernah dilakukan, marah pada hal-hal yang tidak adil, sakit jika mengingat luka. Bukankah semua itu nantinya akan menjadi momok yang akan terus menerus mengejar?

Kamu lupa jika kita hanya manusia, tempat salah dan dosa. Kamu bisa melakukan kesalahan yang fatal, aku juga.

Aku pernah salah, sangat salah. Bahkan mungkin kesalahanku sudah tidak dapat lagi kamu bayangkan. Aku bodoh, pernah bodoh. Aku salah, pernah salah. Iya, pernah. Todak boleh lagi ada kesalahan yang sama.

Kata kakakku yang jauh disana, "Jangan mengulang kesalahan yang sama, karena masih banyak kesalahan-kesalahan yang belum dilakuin." *Bercanda wey

Pernah salah, pernah tidak benar. Hanya pernah, jangan lagi. Oke sekian, bye.



Suaramu itu Candu

Line, 16 Agustus 2017

Bukankah sudah pernah ku katakan, jika suaramu itu candu.

Sampai hari ini pun aku masih bisa mendengar dengan jelas saat kamu berbicara, bernyanyi, memanggil namaku, tertawa, bahkan suara manja yang bagiku selalu terdengar seperti dentuman pelan yang memberikan rasa nyaman di gendang telinga.

Ah, dasar cancer aneh. Tapi kamu zodiak menyebalkan yang selalu saja dirindukan banyak orang. Ah ini tidak adil. Harusnya kamu dihukum untuk selalu merindu. Seharusnya. Haha.. Aku egois memang.

Inilah caraku menyukaimu. Diam-diam memperhatikanmu dari kejauhan, tersenyum atas kebahagiaanmu, ikut bangga atas keberhasilanmu, dan pastinya akan menjadi penenang saat gelisahmu. Itu pun jika kamu datang padaku.

Sekali lagi. Ini hanya suka, tidak lebih. Meski perbedaannya begitu tipis, tapi suka tetaplah suka. Tidak ada standar pasti untuk mengukur seberapa sukanya seseorang kepada seseorang yang lain atau mungkin sesuatu. Kadar suka setiap orang itu berbeda, jadi kalau ku bilang suka jawablah dengan suka. Eeaakkkk...

Takdir dari suka tergantung nasib. Kalau bagus ya berlanjut, kalau buruk ya harus sampai disini.

Sekali lagi, namanya juga suka, bisa berhenti setiap saat meski tanpa alasan.

Kenapa aku lupa?

Line, 15 Agustus 2017

Apa karena cenderung tidak mempedulikan banyak hal? Tidak memperhatikan hal kecil? Tidak mengingat hal yang tidak ada urusannya denganku? Apa karena aku tidak peduli pada siapa pun dan apapun?

Benarkah? Atau aku hanya malas membebani pikiranku?

Haha.. Entahlah..

Kenapa aku lupa? Yang pasti karena aku tidak ingat.

Jawaban paling realistis.

Sebuah Pertanyaan untuk Semesta

Line, 6 Agustus 2017

Di sini, dalam ruang gelap tanpa penerangan apapun. Hanya layar handphone yang senantiasa dengan sabarnya menemani tanpa berucap satu patah kata pun. Iya, karena dia hanya sebatas kotak kecil dengan layar touchscreen yang bisa di sentuh suka-suka.

Begitukah?

Ya mungkin seperti itu. Andai saja dia mampu berteriak, pasti dia sudah memarahiku habis-habisan karena masih memaksanya untuk terjaga di malam yang mulai beranjak pagi.

Baginya mungkin handphone tetaplah handphone. Tak ada bedanya. Karena dia tidak tahu kenapa aku memperlakukan handphoneku tidak seperti dirinya. Mungkin karena aku terlalu melankolis, yang merasa bahwa kenangan adalah hal yang berharga meski hanya sebuah kata.

Ya. Sekali lagi aku tahu, jika kata yang aku panggil dan aku agungkan hanya sebatas kata yang tak berarti bagi orang lain.  Aku belajar, bagaimana kata itu tidak akan terasa istimewa jika tanpa kenangan dan rasa.

Ya. Benar saja, dia tak lebih dari sebuah kata. Jadi Semesta, kata apa yang harus aku gunakan untuk memanggil meski hanya untuk sekedar mengingatmu?

Meluangkan Waktu untuk Mengingatmu (lagi)

Line, 31 Juli 2017

Hujan bulan Juli kemarin masih menyisakan aroma basah hingga pagi ini. Hujan sudah reda tapi dinginnya masih, seperti hubungan yang sudah selesai tapi sayangnya masih. Eeaakkkk.. 😂

Mengingat atau tak sengaja teringat tentangmu? Entahlah, yang pasti pagi ini aku bangun dengan perasaan lapang. Seperti sudah merelakan siapa-siapa yang sudah datang, kemudian pergi lalu meninggalkan jejak cerita.

Orang baru akan kembali mengisi bilik-bilik yang telah dipersiapkan dengan rapi. Akan sekedar singgah atau menetap terserah apa kata semesta nanti.

Kita hanyalah cerita ganjil biarkanlah semesta yang akan menggenapkan.

Tentang Hujan dan Rindu yang Belum Usai

Line, 29 Juli 2017

Hujan. Sering kali begitu menyebalkan. Dia bisa seenaknya datang dan pergi. Dengan sesuka hati membatalkan janji.

Haha.. Entahlah.. Selalu ada cacian dan makian jika hujan mendadak turun ketika masih berkendara di jalan. Jangan tanya tentang umpatan yang dilontarkan para pemotor yang belum sampai di tujuan.

Tapi sebagian dari mereka, menganggap bahwa hujan itu romantis. Berdua di kedai kopi, melihat hiruk pikuk orang yang memacu kendaraannya lebih cepat, melihat orang-orang yang sedang berteduh di emperan toko, dan tentu saja dwngan menikmati secangkir kopi bersama orang yang kamu suka. Tapi ini semua sering kali hanya rekayasa pikiran. Nyatanya, kamu hanya terdiam dibalik selimut di dalam kamar.

Hujan. Layaknya penghubung antara langit dan bumi. Mungkin karena itu, banyak penulis menyampaikan rindunya sebanyak tetesan hujan. Apa kamu pernah menghitungnya? Tentu saja tidak, aku juga. Tidak pernah sekalipun berpikir untuk menghitung berapa banyak air yang jatuh.

Tapi bagiku, hujan layaknya penyampain rindu dari langit kepada bumi. Jika hujan turun sepanjang hari dan terasa enggan untuk berhenti, anggap saja langit sedang rindu banget pada bumi.

Hari ini langit tak pernah cerah, gerimis terus saja menghiasi halaman rumah. Tadi hujan dan sekarang sudah berhenti, namun rindu tetap enggan disudahi.

Selamat hari sabtu Semestaku..

#np Merindukanmu - d'Massiv



Pagi dan Rindu yang Tak Ingin Diperjuangkan Lagi

Line, 27 Juli 2017

Rindu lagi, lagi rindu, lagi-lagi rindu, rindu-rindu lagi.

Takdir dari rindu ialah menunggu. Berbahagialah ketika rindu masih ada, sebab pertemuan akan semakin lebih berarti jika masih ada rindu bersamamu. Jika ia pergi, pertemuan tak lebih dari sekedar menyapa dan duduk bersama. Tak lebih.

Aku pernah memperjuangkan sebuah temu, demi mengukuhkan rasa apa yang ada di hati. Benar, dan aku yakin jika yang ku temui, punya rasa yang sama seperti yang kumiliki. Namun selang waktu berjalan, rasa itu tak lagi sama. Rasa itu menjadi hambar. Karena yang dibutuhkan hati bukan hanya sekedar perasaan, tapi juga keberadaan.

Menyesal?

Tidak. Aku tidak pernah menyesali telah rasa yang pernah tersesat, tidak menyesali pertemuan yang akhirnya harus berakhir, menyesali kehilangannya. Karena semua yang hadir dalam perjalanan, punya porsi dan waktunya masing-masing. Ada yang berkata mantap tak ingin kemana-mana lagi tapi kemudian pergi, ada yang awalnya numpang lewat namun bisa saja tiba-tiba ingin menetap.

Setidaknya pernah ada saling. Saling percaya, saling sayang, saling rindu, saling mendamba temu, saling bahagia ketika berbicara, saling mencari, saling deg-degan, saling memperjuangkan dan saling-saling yang lainnya.

Saat ini, tak ada lagi rindu, tak ada lagi usaha untuk mencari jalan temu. Jika kamu melihat rindu tergeletak mati di depan beranda hati, aku yang membunuhnya. Karena rindu, tak ingin diperjuangkan lagi.

Selamat pagi, Semesta..


Tidak Berpikir

Line, 25 Juli 2017

Kenapa? Ada apa? Apa yang sedang terjadi? Bla bla bla

Sering kali pertanyaan-pertanyaan sederhana menjadi sangat sulit untuk dijawab.

Apakah semua hal memerlukan alasan? Apakah semua pertanyaan membutuhkan jawaban?

Bagaimana jika kamu yang menjadi semua alasan dan jawaban yang sedang kamu lontarkan?

Aku tidak pernah berpikir tentang alasan kenapa aku melakukan sesuatu. Aku tidak ingin mencemaskan yang terjadi setelah aku melakukan dan memberikan sesuatu untuk seseorang. Aku tidak ingin berharap pada apa yang telah ku lakukan. Karena jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, aku bisa saja terluka. Aku tidak ingin.

Berhentilah mencari alasan jika kamu kehilangan sesuatu. Jangan mencari pembenaran atas kehilangan yang telah terjadi. Karena bisa saja, Tuhan sedang menjauhkanmu dari rasa sakit yang sangat.

Jika kamu berbuat baik, maka kebaikan yang akan datang padamu. Meskipun tidak tumbuh dari tempat yang sama.

Selamat pagi, Semesta..

Rindu, Waktu, Berhenti

Line, 19 Juli 2017

Berhenti menuntut rindu untuk segera dibalas. Karena takdir dari rindu ialah menunggu.

Aku beri tahu sesuatu. Duduklah dan dengarkan aku.
Kamu, iya kamu. Kamu adalah keterbatasan yang mampu membuatku sempurna dan kesederhanaan yang selalu membuatku merasa cukup.


Line, 23 Juli 2017 (1)

Besok, aku akan menemuimu.

Berharap waktu mau berpihak. Iya, semoga..


Line, 23 Juli 2017 (2)















Mimpi bunganya orang tidur kan?
Tapi kenapa rasa dan sakitnya sama?

Dan lagi. Aku memanggilmu. Kamu datang menyelamatkan untuk kesekian kalinya. Haha.. Bodoh. Seharusnya jangan datang, hati semakin enggan pergi.

Bukankah aku tidak boleh menetap dan mengharapkan apapun seperti katamu? Berhentilah untuk peduli.


Line, 23 Juli 2017 (3)

Tidak perlu memikirkan perkiraan-perkiraan yang belum kamu tau jawabannya. Izinkan waktu bertindak sebagaimana mestinya. Dia akan menunjukkan padamu, mana sahabat dan mana yang hanya numpang lewat.

Tidak perlu risau. Semoga rasa syukurmu, mampu menghapus pilu.

Selamat hari minggu Semestaku..

Sabar

Line, 18 Juli 2017

Sabar ya, tak selamanya hening itu mematikan. Dalam keheningan, kamu bisa melihat segalanya lebih jelas. Tanpa emosi, tanpa ambisi, dan bisa saja tanpa hati.

Bukan, bukan, bukan. Ini kesalahan, seharusnya tidak seperti ini. Menentang apa yang tidak sejalan dengan hatimu, tidak akan menjadikanmu bersalah. Hanya saja, kamu akan terlihat berbeda dari teman di sekelilingmu.

Apa yang akan kamu dapat?

Setidaknya, kamu akan melihat dua sisi dari tempat kamu berdiri. Mana yang akan kamu ikuti, tak harus sama dengan mereka. Bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu seperti sebelumnya?

C'mon.. Bukankah ini saatnya kamu bersuara tanpa meng-iyakan apapun yang tidak kamu inginkan? Percayalah, kamu tidak sendiri. Ada orang di belakangmu yang akan memegang pundakmu, agar kamu tahu masih ada orang yang peduli.

Gelap

Line, 11 Juli 2017

Hemm... Tapi sekarang terlalu pagi untuk selamat malam, dan terlalu malam untuk selamat pagi. Anggap saja seperti yang kamu inginkan. Toh terlalu pagi atau pun malam, sama-sama masih gelap.

Mengerikan bukan?

Ya.. Begitu mengerikan. Tidak takut pada gelapnya, hanya saja sesuatu yang berada dibalik kegelapan lebih menyeramkan dibanding dengan pekatnya gelap.

Semua bisa saja salah, karena tidak cukup cahaya untuk kita lihat. Semua bisa saja berbentuk menjadi sosok lain, karena hanya teraba dan kira-kira. Ya, karena gelap, semua menjadi tidak seperti yang dipikirkan.


Line, 16 Juli 2017

Jarak yang paling jauh adalah prasangka masing-masing.

Perasaan sama halnya dengan hujan. Hujan bisa berlalu, begitu juga dengan perasaan. Perjuangan tidak selalu harus maju dan menyerang, karena terkadang berjuang tentang diam dan bertahan. Meski saat ini, aku tidak tahu apakah yang aku pertahankan bersedia dipertahankan.

Semua jadi terlihat abu-abu. Padahal abu-abu sekalipun, punya bagian gelap dan terang. Harusnya bisa tahu bedanya. Tapi kenapa masih berdiri di tempat yang sama?

Entahlah... Pada waktunya, semua akan tumbuh berbeda tapi akan ada hal-hal yang tidak dapat berubah.

Pembalasan dan Pengamanan Hati

Line. 8 Juni 2017

Sudah setia dan jujur tapi masih dikhianati?

Pertahankan saja kelapangan dadamu. Bukankah sudah berkali-kali aku mengatakan, tidak ada yang salah dengan ketepatan janji. Kolot memang, tapi apa yang bisa kamu berikan selain menepatinya?

Jika kejujuran dan kesetiaanmu tidak berbuah hari ini, mungkin esok atau lusa atau bahkan nanti disaat kamu mulai lupa.

Ingat, pembalasan serupa tidak perlu datang dari orang yang sama.


Line, 20 Juni 2017

Berhenti peduli adalah cara terbaik mengamankan hati dari rasa sakit.

Benarkah?

Sering kali, seseorang hanya pura-pura berhenti peduli. Mencoba tegar untuk tetap kuat agar terlihat dingin dan seolah tidak peduli. Padahal kenyataannya berbeda. Meski hanya sekedar mengintip status, scroll chat yang sengaja belum dihapus, melihat galery yang memajang foto yang sempat diambil dulu. Ya, dulu.

Sekarang, semua tentang pernah. Pernah begitu bahagia bersamanya, pernah melewati tengah malam untuk sekedar mengobrol ringan, pernah menelepon untuk sekedar mencari penawar rindu, dan pernah saling. Namun itu hanya pernah.

Setiap senyum yang tergurat ketika membuka kembali ingatan tentang apa yang pernah dilewati, ada luka yang senantiasa mengintip dari celah hati. Pernah cinta, pernah benci. Pernah, sudah menjadi bagian dari masa lalu yang seharusnya kamu tertawakan. Bukan malah menjadikamu semakin lemah.

Pernah cinta, pernah benci. Dulu pernah begitu cinta, kemudian pernah begitu membencinya.

Sekarang?

Tidak lagi cinta dan tidak lagi benci. Berdamai dengan masa lalu untuk tidak lagi peduli, akan menghindarkanmu dari kesakitan yang tidak semestinya. Kesakitan sendiri. Karena sakit hati, berawal dari ketidak mampuanmu berdamai dengan keadaan dan kenyataan.

Jangan lagi terluka. :)


Waktu dan Kenangan

Line, 7 Juni 2017

Sebagian orang hadir layaknya kupu-kupu. Ia singgah, menunjukkan indah yang sementara, kemudian meninggalkan makna dan nama.

Selamat pagi.

Bukunya masih tertumpuk dengan rapi, sepertinya rindu memang belum ingin pergi. Padahal, aku merindukamu setiap hari, dan kamu tak pernah rindu walau hanya sekali. Kamu yang kuinginkan menjadi palung tempat dimana aku pulang, dan aku sebuah rumah yang kau anggap hanya sebagai tempat singgah.

Aaaahhh... Ironis, miris. Kata apalagi yang bisa menggambarkan dari kebodohan yang terus menerus berulang?

Ah benar kata orang, jika waktu bisa mengubah banyak hal selain kenangan.



Monday, 21 August 2017

Cinta itu

Line, 3 Juni 2017

Cinta itu bukan hanya tentang menerima apa adanya, tapi lebih tentang mengusahakan dengan sebaik-baiknya.

Apa yang bisa kamu lakukan untuk melawan kesedihan?

Kesedihan seringkali hanya bisa dilawan dengan memaksa diri sendiri untuk tertawa. Menertawakan kenyataan yang seringkali tidak lucu.

Sudah, jangan risau. Seburuk apapun harimu kemarin, akan diganti dengan hal-hal yang baik. Tak ada hal sekecil apapun yang luput dari rencanaNya. Biarkan semesta berjalan sebagaimana mestinya. Jangan mengisi harimu dengan kecemasan-kecemasan yang belum tentu terjadi.

Pagi, Semesta. :)

Hatimu Terlalu Lembut

Line, 26 Mei 2017

Terlalu banyak hal yang tidak kamu ketahui, akhirnya kamu menerka dan merasa tersakiti. Terlalu banyak terkaan, kemungkinan-kemungkinan yang dibuat pikiranmu, kemudian tanpa sengaja hatimulah yang tersakiti oleh pemikiranmu sendiri.

Jangan mengkhawatirkan hal-hal yang yang masih ada dalam benak dan perkiraanmu saja. Kamu tau, jika kamu mau untuk sekedar mengalah dan berkata "Hai.. " akan ada banyak hal yang akan terjadi setelahnya dan akan mumbunuh semua pemikiran dan perkiraan yang menyakitkan hatimu.

Aku tau, jika hatimu lebih lembut dari hatiku. Kamu lebih pemikir dari aku dan yang lain. Aku tau, bukan sok tau. Hanya menerka, dan mungkin saja benar.

Jangan merasa tersakiti atas pemikiranmu sendiri, seolah kami yang melakukannya. Jangan terluka atas apa yang kamu terka. Kami akan tetap sama, seperti saat bersamamu. Tak akan ada yang berubah, teman.

Masa Bodo

Line, 13 Mei 2017

Terkadang, hanya itu yang diperlukan untuk sekedar mengambil udara demi memenuhi rongga paru-paru. Membohongi diri dan berusaha tetap terlihat baik di mata orang lain, termasuk kamu.

Membunuh apa yang telah tumbuh, tak semudah aku menempuh ribuan kilo hanya demi meretas jarak, menebas kata andai yang sering dan bahkan selalu kita ucapkan dari kejauhan. Menyampaikan lafadz rindu yang senantiasa hadir mengiringi detik penantian akan adanya sebuah temu.

Dan sekarang, jika kamu menemukan hati beserta rasa rindu yang tergeletak mati. Aku yang membunuhnya. Tak akan lagi kubiarkan dia hidup untukmu. Nafas yang dulu memanggil dan menyebut namamu, sudah kubungkam mati.

Setidaknya, terima kasih untuk sebuah dendam dan rasa sakit. Jika dulu aku berdiri karenamu, sekarang aku bertahan dan berjuang untuk membencimu. Jika nanti tanpa sengaja aku berdiri dihadapanmu, dia bukanlah aku yang memberikan segenap hati untukmu dulu. Dia adalah orang yang membencimu dengan sangat.

Riuh Rindu

Line, 31 Maret 2017

Riuh rindu yang biasanya bergemuruh memanggilmu,
Mulai ku bungkam satu per satu
Jika hari ini tak bisa bisu,
Besok akan ku coba lagi untuk mengeluarkan mereka
Hingga tak bersisa.
Kalau mereka masih melawan,
Akan ku bunuh mereka perlahan,
Untukmu.

Rindu yang selalu datang tanpa pernah mengenal waktu,
Mengetuk kesunyian hati yang telah terisi penuh tentangmu,
Ku paksa pergi meninggalkan ruang yang telah di huninya.
Ya, untukmu.

Menjadi yang Kau Minta

Line, 17 Maret 2017

Mungkin saja malam ini kamu kecewa, karena yang kamu kira khawatir dengan keadaanmu adalah aku tapi ternyata ada orang selain aku.

Kamu mungkin lupa, mari duduk sini agar besok pagi kamu bisa tersenyum seperti biasanya.

Kamu tidak suka dengan orang yang memintamu untuk melaporkan apa yang akan dan sedang kamu lakukan. Apa aku pernah meminta itu?
Bukannya aku tidak ingin tahu, hanya saja aku tidak ingin membuatmu kesal bila harus bercerita ketika kamu tidak mau membicarakannya.

Apa aku pernah memaksamu untuk mengangkat telponku?   Kita hanya bertelepon jika memang kita sama-sama libur dan yang pasti di saat kamu memginginkanya. Aku sering kali meminta, dan kamu sering kali menolak. Apa aku pernah memaksa? Tidak kan? Karena aku yakin jika kamu punya alasan kenapa tidak menginginkannya.

Kamu selalu memintaku untuk percaya, jika kamu akan selalu baik dan memintaku untuk mendo'akanmu agar kamu selalu dalam keadaan baik. Dan aku pun percaya, jika kamu akan baik-baik saja.

Jika shift pagi. Jadwalmu untukku ketika kamu sudah sampai tempat kerja, jam makan siang, kadang juga sebelum pulang, lalu malam ketika kamu sudah sampai rumah.
Lebih miris jika shift 2. Hanya siang sebelum kamu berangkat, jam 18.00 saat sholat maghrib, kadang jam malam.  Dan seringnya aku selalu tidur setelah membalas chatmu.

Lalu hari ini, kamu mengira yang begitu banyak notif hingga memenuhi daftar panggilan tak terjawab adalah aku dan kamu kecewa ternyata itu adalah orang selain aku.

Harusnya tanpa melihat pun kamu sudah tau jika itu tidak mungkin dariku. Karena aku tidak akan telfon kalau bukan inginmu, aku tau jadwalmu, dan yang pasti dan yang paling penting, kamu selalu bilang untuk percaya jika kamu akan baik-baik saja dan kamu selalu mengabariku ketika sudah sampai rumah.

Ya kan?

Jangan kecewa jika aku belum bisa menjadi seperti inginmu, aku masih belajar untuk memahami apa yang tidak kamu sukai. Setidaknya, aku tidak akan sering membuatmu jengkel.

Night.

Apakah Kamu Merasa?

Line, 28 September 2016

Apa kamu merasakan apa yang kurasa?

Udara dingin masih menyelimuti pagi. Sisa hujan semalam masih terasa lekat. Tanah yang basah, tetes bening air hujan yang berbagi daun dengan embun dan genangan.

Hujan selalu membawa berbagai macam cerita. Tentang rindu yang selalu memaksa masuk, tentang cinta yang telah sampai pada tujuannya, tentang aku yang merasa dan kamu yang biasa, dan masih banyak lagi.

Hujan tak selalu membawa kembali kenangan. Buktinya ia mengantar rindu hingga sampai ke serambi hati.

Pagi ini begitu dingin, apa kamu merasakan apa yang ku rasa saat ini?

Hei kamu, selamat pagi.

Pesan Semalam

Line, 26 September 2016

Pagi, hujan, cerita tentang secangkir kopi, sekelebat bayanganmu dan pesan yang belum dibaca.

Senin pagi. Selalu identik dengan riuhnya kesibukan setelah libur akhir pekan kemarin. Secangkir kopi dan hawa dingin pagi juga tidak ingin kalah dengan anak sekolah. Mereka saling berlomba untuk menjadi pemenang.

Lomba? Kenapa mereka berlomba?

Hawa dingin membuat kita malas untuk bangkit dan beranjak dari bawah selimut yang dengan sabarnya merangkulmu semalaman. Tapi kopi, memaksamu untuk sadar jika hari sudah pagi, dan kamu harus bergegas pergi.

Siapa yang menang?

Keadaan yang menang. Karena keadaan yang memaksamu memilih untuk segera beranjak dari tempat tidur yang sekarang semakin posesif.

Lalu kamu, yang belum membaca pesanku semalam. Selamat pagi.

Hei cinta, selamat pagi!

Line, 17 Agustus 2016

Selamat Pagi

Bukan tanpa alasan aku memintanya. Kalimat ucapan sesederhana itu adalah modal awal untuk menjalani hari.

Kenapa aku lebih menyukai selamat pagi daripada selamat malam?

Karena aku salah satu orang yang percaya, jika semua yang di awali dengan hal baik, maka seharian nanti juga akan menjadi baik.

Terlalu bocahkah bila aku menginginkan seutas senyum darimu setiap pagi sebelum aku menjalani hariku?

Itulah bedanya kita. Kamu yang menyederhanakan rasa seolah tak lagi ada, aku yang tak bisa diam dan selalu mengungkapkannya. Aku yang rindu dan kamu yang biasa saja.

Hei cinta, selamat pagi!

Cukuplah Kamu

Line, 18 Juli 2016

Aku tidak sedang bercanda dengan bahagia yang ada saat kita bersama. Aku tidak sedang bermain dengan rasa yang entah dari mana datangnya dan entah kamu menyebutnya apa.

Jika ini gila, biarkan saja aku dalam kegilaan yang setidaknya memberikanku bahagia.

Lihatlah, aku berdiri membawa hati yang meski sudah tidak lagi  berbentuk. Aku hanya punya ini dan sebuah keberanian diri untuk berbicara kepadamu.

Kamu tau. Kamu mengerti. Kamu paham. Atau hanya aku yang merasa?

Entahlah.. Aku tidak memintamu untuk mengerti semuanya sekarang ini. Tapi ku harap kamu mengerti arti semua ini. Cukuplah kamu.

Aku Mencintaimu

Line, 20 Juni 2016

Aku mencintaimu dengan tanda titik.

Aku tidak pernah ingin mencari alasan kenapa aku jatuh hati padamu. Karena aku takut, jika aku telah menemukan alasan itu, maka ketika alasan itu telah pudar, aku akan menarik kembali hatiku yang telah jatuh.

Aku tidak ingin menjadikan dirimu sebagai tujuan. Karena bila nanti aku telah sampai kepadamu dan memilikimu, aku takut jika memiliki tujuan baru.

Bukan aku yang meminta, namun rasa itu hadir begitu saja. Aku menolak, namun tak kuasa. Berat memang. Saat harus mencintaimu dari kejauhan, merindumu dalam hening malam.

Kamu tau, jika segurat senyummu yang tercipta dari candaku mampu memberi bahagia padaku tanpa kamu sadari. Oh ya, rona merah di pipimu, mampu memberiku semilir angin segar dalam kepenatan.

Bukan karena sempurnamu, aku rela menjatuhkan hatiku. Karena aku mencintaimu, sehingga kamu terlihat begitu sempurna di mataku.

Aku mencintaimu.

Tentang Menerima

Line, 4 Mei 2016

Pada akhirnya, ini semua memang tentang menerima.
Menerima jika yang dulu telah berlalu, menerima yang baru untuk hadir mengisi.

Kita pernah sangat konyol, gila dan melakukan hal-hal yang bila dilakukan saat ini pastinya kita akan berpikir puluhan kali.

Kita pernah berjuang bersama demi sebuah tujuan yang sama. Kita pernah marah, kita pernah salah, tapi kita tidak pernah saling lupa.

Saat ini, meski kita berada dibawah langit yang sama namun dunia yang kita pijak sudah berbeda. Bertemu pun hanya sebatas "hai, apa kabar? aku duluan ya". Ironi.

Kembali lagi pada "menerima".
Menerima jika keadaan tak lagi sama, menerima jika sekarang kita bukan lagi anak SMA, menerima jika dunia kita memang sudah berbeda.

Padahal dulu.. Ya, dulu.. Pernah ada kita yang tak pernah saling lupa, dan sekarang hanya ada kita yang tengah sibuk dengan takdir masing-masing.

SEMESTINYA

Line, 27 Maret 2016

Pagi ini masih dengan riuh suara bocah-bocah berlarian di halaman rumah untuk merayakan kemenangan atas hari minggu. Sebagian orang pasti sedang bermalas-malasan dan berkata jika hari ini tempat tidur lebih possesif. Sebagian sudah bangun sejak pagi dan olahraga bareng teman di car free day. Sebagian lagi tidak bisa membedakan hari minggu dan hari senin sekali pun. Setiap orang punya hari minggunya sendiri.

Sekarang, aku duduk disini. Diantara dua cangkir kopi yang sengaja aku pesan. Diantara rindu yang menyeruak lekat layaknya aroma kopi yang kuat.

Hah. Kenapa harus kopi?

Karena sesederhana ngopi, tak perlu alasan kuat untuk menikmati setiap teguk hangat. Tapi semestinya ada kamu yang menjadi penyempurna kehangatan cangkir kopi pagi ini.



Seduh Kopimu, Sudahi Rinduku

 Line, 25 Maret 2016

Aku menunggumu di meja belakang dalam cerita kemarin yang belum terselesaikan. Barangkali dua cangkir yang dihadirkan akan membunuh keheningan. Barangkali dua cangkir kopi akan mampu menyudahi sepi.

Mengakhiri sesuatu, sama beratnya dengan awal kamu meletakkan kepercayaan untuk memulai sebuah cerita. Kamu bergelut dengan nuranimu, bertarung dengan semua ego dan keinginanmu. Aku tau dengan pasti, ada sesak yang membelenggumu untuk berteriak. Sulit bukan?

Ya. Kamu pasti bisa menjawabnya dengan baik, pasti, dan sama tegasnya sama seperti saat menjawab setiap setiap pertanyaan konyolku.

Namun bagaimana mengakhiri sesuatu yang belum sempat dimulai?

Kamu bingung? Ya. Aku pun sama bingungnya sepertimu. Aku tidak tau harus menjawab apa saat kamu berkata ingin pergi meninggalkan semua. Semua, termasuk aku. Katamu, sudah terlalu jauh kamu pergi dari duniamu, kini saatnya kembali menjadi seseorang yang semestinya.

Aku tertawa. Sebenarnya, orang seperti apa yang ku kenal dan ku temui beberapa tahun lalu? Aku bingung dan kini kamu tersenyum.

Entahlah, terlalu rumit untuk kujabarkan semua  terkaan yang ada dipikiranku. Kamu tau, ada hari dimana kamu harus berhenti sebentar, kemudian menengok kebelakang dan melihatku lagi.

Ayo ngopi. Seduh kopimu, sudahi rinduku.


Saat Kopi bertemu Gula

Line, 22 Maret 2016

Hei, apa kamu pernah memperhatikan bagaimana sederhananya bubuk kopi halus bertemu dengan gula dalam sebuah cangkir? Pasti tidak pernah terpikir olehmu, karena kamu tidak menyukai cairan hitam itu, tapi bukan berarti kamu tidak suka dengan orang yang menggilainya bukan? Ya, aku tau itu.

Kopi dan gula adalah kita, cangkir adalah dunia tempat dimana kita dipertemukan. Pertemuan kopi dan gula memang bukan sesuatu yang indah atau pun istimewa, itu hanya pertemuan biasa dan bahkan mungkin hanya sebuah kebetulan. Ah lupakan.

Bagi beberapa orang, mereka lebih suka ngopi tanpa banyak aturan, tanpa pertimbangan, tanpa embel-embel ini dan itu, termasuk aku. Hanya perlu bubuk kopi halus ditambah dengan seperempat sendok teh gula dan diseduh dengan air panas. Sederhana bukan? Jadi kenapa kamu buat rumit?

Yah mungkin benar, hanya penyuka kopi yang tau kenikmatan dalam setiap tegukannya. Tapi kau pasti pernah merasakan ada kehangatan dalam cangkirnya. Karena kopi tak pernah ingkar janji.

Semoga hari-harimu menyenangkan. Pekat tak selamanya menakutkan, karena kopi adalah hitam paling menawan selain malam, dan hangat dalam tiap dekap.


MBEE SQUAD

Halooo... Sudah lama ya? Bahkan terlalu lama. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang sudah berubah, banyak yang pergi, ada yang senantiasa bertahan, kemudian banyak yang datang mengisi kekosongan.

Apa yang ingin aku ceritakan? Tentang mereka-mereka yang pergi dan berlalu, atau mereka-mereka yang datang menjadi hal baru yang ku harap bisa bertahan dalam waktu yang sangat lama, atau cerita tentang apa?

Eeemm... Mari aku ceritakan apa yang aku temukan.

Ada audisi komunitas 48 Fam di smule. Bulan apa kalau tidak salah sih Januari, dan aku lolos sebagai trainee. Disana, aku mulai belajar menyanyi banyak lagu, akhirnya bisa lagu bahasa jepang selain Give Me Five. Kemudian, aku dipertemukan dengan member-member lain dan dikumpulkan dalam kelompok 1. Semua berawal dari sini.

Rian, Dewi, Cilla, Rian, Dekur, Bayu dan aku. Kami harus membawakan sebuah lagu, Seishun no Lap time. Lagu ini menjadi lagu yang selalu membuat kami semua tertawa hanya karena "Aaahh~" yang menjadi part Bayu dibawakan dengan lucu. Kami retjeh.. Kemudian, Bayu punya stiker Pudding Hamster di line dan kami selalu menyebut stiker itu adalah Mbee (kambing). Dari situ, kami menyebut kelompok kami sebagai "Mbee Squad" sampai hari ini.

Receh, suka bercanda, kompak, dan yang lainnya. Rentang usia yang tidak jauh, menjadikan kami semakin merasa ada kecocokan dalam sebuah genk. Cieee.. Genk wal wul, wkwkwk ya seperti itulah. Saling mengisi, saling mengingatkan, saling menghibur, saling, saling, saling, dan saling. Bahkan dari awal, kami sudah memberi nama unik pada member Mbee Squad.

Rian: Raja Drama
Dekur: Raja Tubir
Cilla: Ratu Loli / Aing Macan
Dewi : Ratu Bully
Ika: Ratu Lucknut / Kicker Gercep
Bayu: Raja Deadline / Pony Legend

Kami bersama sejak 14 Februari. Jomblo banget, saat semua merayakan Valday dan kami malah asyik sendiri membahas project. Saat ini, 6 bulan sudah kami bersama. Semua tentu tidak bejalan mulus begitu saja. Kami pernah berselisih, kami pernah berbeda pendapat, kami pernah marah, pernah merasa tidak dipedulikan, ya kami pernah. Tapi ternyata, sayang kami lebih besar dari rasa-rasa tadi. Kami kembali.

Hingga hari ini dan semoga saja dalam waktu yang lebih lama lagi, hingga takdir membawa kami ke jalan lain. Tapi bukan berarti tidak akan ada kata temu jika masing-masing dari kami telah menemukan jalan menuju ke tempat dimana tak ada lagi Mbee Squad di sana.

Kami masih di sini, kami masih bersama. Bukankah saudara tidak memerlukan ikatan darah sebagai penghubungnya?

Jika kamu ingin tahu mereka, buka smule dan ketik #MbeeSquad. Itulah kami berenam. Yang menyanyi dengan bahagia. Terima kasih untuk semuanya Mbee,

"Bagaimana pun kita nanti, tetap jadi Mbee yang rendah hati dan selalu rajin merumput ya.."

Tuhan selalu tahu, apa yang sedang kita perjuangkan. Meski manusia seringkali meremehkan kita, tapi kita tetap berdiri karena kita tahu jika kita tak pernah sendiri. Jika kamu sedih di tempatmu berpijak saat ini, buka grup saja. Ada kami yang senantiasa memberi tawa buat kalian.

Akun Smule #MbeeSquad:

@ikaruw
@Cilla48
@koalakecil
@RianMelyadi
@dekuristikk
@AriBayu48

Upload foto gak ya? Gak usah deh, cari aja di smule. Hahaha

SAMPAI BERTEMU DIKEADAAN YANG LEBIH BAIK DARI SEKEDAR INI