Translate

Tuesday, 22 August 2017

Tentang Hujan dan Rindu yang Belum Usai

Line, 29 Juli 2017

Hujan. Sering kali begitu menyebalkan. Dia bisa seenaknya datang dan pergi. Dengan sesuka hati membatalkan janji.

Haha.. Entahlah.. Selalu ada cacian dan makian jika hujan mendadak turun ketika masih berkendara di jalan. Jangan tanya tentang umpatan yang dilontarkan para pemotor yang belum sampai di tujuan.

Tapi sebagian dari mereka, menganggap bahwa hujan itu romantis. Berdua di kedai kopi, melihat hiruk pikuk orang yang memacu kendaraannya lebih cepat, melihat orang-orang yang sedang berteduh di emperan toko, dan tentu saja dwngan menikmati secangkir kopi bersama orang yang kamu suka. Tapi ini semua sering kali hanya rekayasa pikiran. Nyatanya, kamu hanya terdiam dibalik selimut di dalam kamar.

Hujan. Layaknya penghubung antara langit dan bumi. Mungkin karena itu, banyak penulis menyampaikan rindunya sebanyak tetesan hujan. Apa kamu pernah menghitungnya? Tentu saja tidak, aku juga. Tidak pernah sekalipun berpikir untuk menghitung berapa banyak air yang jatuh.

Tapi bagiku, hujan layaknya penyampain rindu dari langit kepada bumi. Jika hujan turun sepanjang hari dan terasa enggan untuk berhenti, anggap saja langit sedang rindu banget pada bumi.

Hari ini langit tak pernah cerah, gerimis terus saja menghiasi halaman rumah. Tadi hujan dan sekarang sudah berhenti, namun rindu tetap enggan disudahi.

Selamat hari sabtu Semestaku..

#np Merindukanmu - d'Massiv



No comments:

Post a Comment