Line, 20 Juni 2016
Aku mencintaimu dengan tanda titik.
Aku tidak pernah ingin mencari alasan kenapa aku jatuh hati padamu. Karena aku takut, jika aku telah menemukan alasan itu, maka ketika alasan itu telah pudar, aku akan menarik kembali hatiku yang telah jatuh.
Aku tidak ingin menjadikan dirimu sebagai tujuan. Karena bila nanti aku telah sampai kepadamu dan memilikimu, aku takut jika memiliki tujuan baru.
Bukan aku yang meminta, namun rasa itu hadir begitu saja. Aku menolak, namun tak kuasa. Berat memang. Saat harus mencintaimu dari kejauhan, merindumu dalam hening malam.
Kamu tau, jika segurat senyummu yang tercipta dari candaku mampu memberi bahagia padaku tanpa kamu sadari. Oh ya, rona merah di pipimu, mampu memberiku semilir angin segar dalam kepenatan.
Bukan karena sempurnamu, aku rela menjatuhkan hatiku. Karena aku mencintaimu, sehingga kamu terlihat begitu sempurna di mataku.
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu dengan tanda titik.
Aku tidak pernah ingin mencari alasan kenapa aku jatuh hati padamu. Karena aku takut, jika aku telah menemukan alasan itu, maka ketika alasan itu telah pudar, aku akan menarik kembali hatiku yang telah jatuh.
Aku tidak ingin menjadikan dirimu sebagai tujuan. Karena bila nanti aku telah sampai kepadamu dan memilikimu, aku takut jika memiliki tujuan baru.
Bukan aku yang meminta, namun rasa itu hadir begitu saja. Aku menolak, namun tak kuasa. Berat memang. Saat harus mencintaimu dari kejauhan, merindumu dalam hening malam.
Kamu tau, jika segurat senyummu yang tercipta dari candaku mampu memberi bahagia padaku tanpa kamu sadari. Oh ya, rona merah di pipimu, mampu memberiku semilir angin segar dalam kepenatan.
Bukan karena sempurnamu, aku rela menjatuhkan hatiku. Karena aku mencintaimu, sehingga kamu terlihat begitu sempurna di mataku.
Aku mencintaimu.
No comments:
Post a Comment