Line, 17 Maret 2017
Mungkin saja malam ini kamu kecewa, karena yang kamu kira khawatir dengan keadaanmu adalah aku tapi ternyata ada orang selain aku.
Kamu mungkin lupa, mari duduk sini agar besok pagi kamu bisa tersenyum seperti biasanya.
Kamu tidak suka dengan orang yang memintamu untuk melaporkan apa yang akan dan sedang kamu lakukan. Apa aku pernah meminta itu?
Bukannya aku tidak ingin tahu, hanya saja aku tidak ingin membuatmu kesal bila harus bercerita ketika kamu tidak mau membicarakannya.
Apa aku pernah memaksamu untuk mengangkat telponku? Kita hanya bertelepon jika memang kita sama-sama libur dan yang pasti di saat kamu memginginkanya. Aku sering kali meminta, dan kamu sering kali menolak. Apa aku pernah memaksa? Tidak kan? Karena aku yakin jika kamu punya alasan kenapa tidak menginginkannya.
Kamu selalu memintaku untuk percaya, jika kamu akan selalu baik dan memintaku untuk mendo'akanmu agar kamu selalu dalam keadaan baik. Dan aku pun percaya, jika kamu akan baik-baik saja.
Jika shift pagi. Jadwalmu untukku ketika kamu sudah sampai tempat kerja, jam makan siang, kadang juga sebelum pulang, lalu malam ketika kamu sudah sampai rumah.
Lebih miris jika shift 2. Hanya siang sebelum kamu berangkat, jam 18.00 saat sholat maghrib, kadang jam malam. Dan seringnya aku selalu tidur setelah membalas chatmu.
Lalu hari ini, kamu mengira yang begitu banyak notif hingga memenuhi daftar panggilan tak terjawab adalah aku dan kamu kecewa ternyata itu adalah orang selain aku.
Harusnya tanpa melihat pun kamu sudah tau jika itu tidak mungkin dariku. Karena aku tidak akan telfon kalau bukan inginmu, aku tau jadwalmu, dan yang pasti dan yang paling penting, kamu selalu bilang untuk percaya jika kamu akan baik-baik saja dan kamu selalu mengabariku ketika sudah sampai rumah.
Ya kan?
Jangan kecewa jika aku belum bisa menjadi seperti inginmu, aku masih belajar untuk memahami apa yang tidak kamu sukai. Setidaknya, aku tidak akan sering membuatmu jengkel.
Night.
Mungkin saja malam ini kamu kecewa, karena yang kamu kira khawatir dengan keadaanmu adalah aku tapi ternyata ada orang selain aku.
Kamu mungkin lupa, mari duduk sini agar besok pagi kamu bisa tersenyum seperti biasanya.
Kamu tidak suka dengan orang yang memintamu untuk melaporkan apa yang akan dan sedang kamu lakukan. Apa aku pernah meminta itu?
Bukannya aku tidak ingin tahu, hanya saja aku tidak ingin membuatmu kesal bila harus bercerita ketika kamu tidak mau membicarakannya.
Apa aku pernah memaksamu untuk mengangkat telponku? Kita hanya bertelepon jika memang kita sama-sama libur dan yang pasti di saat kamu memginginkanya. Aku sering kali meminta, dan kamu sering kali menolak. Apa aku pernah memaksa? Tidak kan? Karena aku yakin jika kamu punya alasan kenapa tidak menginginkannya.
Kamu selalu memintaku untuk percaya, jika kamu akan selalu baik dan memintaku untuk mendo'akanmu agar kamu selalu dalam keadaan baik. Dan aku pun percaya, jika kamu akan baik-baik saja.
Jika shift pagi. Jadwalmu untukku ketika kamu sudah sampai tempat kerja, jam makan siang, kadang juga sebelum pulang, lalu malam ketika kamu sudah sampai rumah.
Lebih miris jika shift 2. Hanya siang sebelum kamu berangkat, jam 18.00 saat sholat maghrib, kadang jam malam. Dan seringnya aku selalu tidur setelah membalas chatmu.
Lalu hari ini, kamu mengira yang begitu banyak notif hingga memenuhi daftar panggilan tak terjawab adalah aku dan kamu kecewa ternyata itu adalah orang selain aku.
Harusnya tanpa melihat pun kamu sudah tau jika itu tidak mungkin dariku. Karena aku tidak akan telfon kalau bukan inginmu, aku tau jadwalmu, dan yang pasti dan yang paling penting, kamu selalu bilang untuk percaya jika kamu akan baik-baik saja dan kamu selalu mengabariku ketika sudah sampai rumah.
Ya kan?
Jangan kecewa jika aku belum bisa menjadi seperti inginmu, aku masih belajar untuk memahami apa yang tidak kamu sukai. Setidaknya, aku tidak akan sering membuatmu jengkel.
Night.
No comments:
Post a Comment